Muhadzdzier M Salda

DPRA Dukung Percepatan Perubahan Status IAIN Ar-Raniry

Banda Aceh – Perubahan status Institute Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry merupakan cita-cita bersama seluruh masyarakat Aceh. Pihak DPRA antusias mendukung percepatan terwujudnya keinginan tersebut.Hal ini disampaikan Wakil Ketua DPRA Drs. H. Sulaiman Abda dalam audiensi Pimpinan IAIN Ar-Raniry dengan Pimpinan DPRA, Senin (20/2) di Ruang Rapat Bagian Anggaran DPRA Banda Aceh.

Menurut Sulaiman, kehadiran Universitas Islam di Aceh akan membawa dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan di Aceh. Perubahan status menjadi UIN, katanya, menjadi harapan bersama seluruh komponen masyarakat Aceh.

“Secara prinsip kita mendukung sepenuhnya apa yang telah dilakukan IAIN untuk peningkatan status ini. Di samping rekomendasi, bersama Komisi E DPRA, kami juga akan mengupayakan dana bagi percepatan perubahan status dimaksud,” ungkap Sulaiman.

Sulaiman berjanji jika pihak DPRAakan mendampingi pimpinan IAIN secara bersama-sama melakukan audiensi dengan pihak DPR RI dan Kementerian Agama serta instansi lainnya di Pusat, guna memuluskan usaha perubahan ini.

“Agar proses peningkatan status ini dapat terwujud secepatnya,” lanjutnya.

Rektor IAIN Sambut Positif

Sementara itu, Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof. Drs. H. Farid Wajid Ibrahim, MA, menyambut positif dan mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan lembaga legislatif Aceh dalam hal percepatan perubahan status IAIN A-Raniry menjadi UIN Ar-Raniry.

Farid mengatakan, alasan perubahan status ini didorong dengan banyak masukan masyarakat umum untuk pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia disamping adanya integrasi ilmu antara umum dan agama.

Lebih lanjut, Farid menyinggung dengan perubahan status IAIN menjadi UIN, akan mampu memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat terhadap peningkatan kualitas lulusan yang bukan hanya mampu memiliki kompetensi kognitif.

“Tetapi juga afektif dan psikomotorik,” katanya

Menurutnya, lulusan perguruan tinggi bukan hanya mampu menguasai sains dan teknologi semata, tetapi juga menguasai aspek-aspek moral keagamaan yang terintegrasi dalam ilmu tersebut.[]