Harlan

Pesawat Intai Israel Rawan Bocorkan Rahasia Negara

Jakarta– Anggota Komisi I DPR, Al Muzzammil Yusuf berpendapat, pengunaan pesawat intai Israel rawan pembocoran rahasia negara karena Israel sering mencuri rahasia negara lain, sehingga Kemhan dan TNI perlu mempertimbangkan rencananya membeli pesawat tersebut.

“Kerahasiaan data negara itu sangat penting. Kita tidak tahu jika Israel memasang alat penyadap di pesawat intai tersebut yang bisa mentransfer rahasia penting negara kita ke Israel,” kata Muzzammil di Gedung DPR Jakarta, Selasa (14/2).

Menurut dia, Israel memiliki tradisi melanggar privasi sebuah negara dengan mencuri rahasia negara lain dengan cara penyadapan, sabotase, dan pemalsuan paspor. Hal ini sudah terbukti diberbagai kasus pembunuhan dan pencurian data dan identitas di negara lain.

Politisi itu kemudian mencontohkan pemalsuan paspor untuk keperluan intelijen Israel yang digunakan untuk membunuh pemimpin Hamas, Mabhuh pada tahun 2000. Aktivitas itu melibatkan 26 intel Israel yang menggunakan paspor sejumlah negara seperti Inggris, Australia, Irlandia dan Prancis.

“Kasus lainnya adalah pembunuhan ilmuwan nuklir Iran yang akhir-akhir ini terjadi diduga kuat dilakukan oleh intel Israel. Israel juga diduga telah menyadap dan mensabotase pesawat komersial Mesir yang menyebabkan pesawat jatuh dan menewaskan puluhan prajurit Mesir yang dilatih di AS pada tahun 1999,” ujarnya.

Berbagai peristiwa tersebut, menurut dia, harus menjadi pertimbangan Kemenhan dan TNI ketika membeli alutsista dari Israel. Jangan sampai rahasia negara justru menjadi korban kejahatan intel Israel di kemudian hari.

Untuk itu, Muzzammil yang juga Wakil Ketua Fraksi PKS ini mendesak agar Kemenhan menggunakan pesawat intai produksi dalam negeri yang dibuat oleh anak bangsa seperti BPPT, PT DI atau industri strategis pertahanan lainnya.

“Selain keamanan datanya terjamin, sebagai bangsa kita akan bangga dengan alutsista buatan dalam negeri dan menjadikan industri strategis dalam negeri semakin mandiri,” ujarnya.

Lebih lanjut Muzzammil menuturkan bahwa akan menjadi catatan tersendiri di Komisi I apabila Kemenhan ternyata memaksakan pembelian alutsista dari Israel tanpa persetujuan DPR.

Sebelumnya, Wamenhan Syafrie Syamsuddin, mengatakan, pemesanan pembelian pesawat intai Israel buatan Israel Aerospace Industries (IAI) dilakukan dengan sistem pemesanan melalui perusahaan asal Filipina, Kital Philippine Corporation (KPC), pada tahun 2004.

Dalam prosesnya, setelah memesan dua tahun sebelumnya, Kemhan kemudian menandatangani kontrak pemesanan pada tahun 2006 melalui perusahaan tersebut. Pesawat itu sesuai kontrak pemesanan akan datang tahun 2012.[Ant]