Boy Nashruddin Agus

Ronda Berbuntut Skorsing

Kebijakan pemerintah daerah menetapkan adanya Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) berujung duka bagi sebagian masyarakat Aceh. Hal tersebut setidaknya dirasakan oleh Septian Mulya, salah satu outsorching Cleaning Service (CS) di Rumah Sakit Ibu dan Anak, Banda Aceh.

Kisah Septian menerima skorsing diawali pada malam harinya, ia terkena “Jatah” jaga malam alias ronda di Kelurahan Punge Blang Cut, tempat ia menetap saat ini. Dalam tugas ronda tersebut, muka septian terlihat kesal namun tak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya, pihak keamanan dari tempat ia tinggal telah mewanti-wanti agar tiap pemuda yang telah cukup umur, tidak menghindari kewajibannya “menjaga” pos ronda.

Pada pagi harinya, Septian yang sebenarnya telah diserahkan tugas oleh pihak RSIA untuk membuka setiap ruangan di instansi pemerintahan itu, tak kunjung terjaga setelah merehatkan tubuhnya usai subuh sepulang jaga malam.

Sayangnya, Septian yang diamanahkan memegang kunci tiap ruangan kantor itu baru terjaga setelah pukul 09.00 pagi dan langsung bergegas ke RSIA, yang letaknya tak jauh dari desa tempat ia tinggal. Namun, kelalaian yang disebabkan tugas Ronda ini berbuntut pada pemberian Surat Peringatan (SP) dari instansi tempatnya bekerja. Septian pun dikenakan sanksi skorsing selama hampir satu bulan.

“Mau bagaimana, menghindari tugas ronda pun saya tak mungkin. Menggantikan dengan orang lain, saya tak punya uang,” kisahnya, sembari membersihkan selokan di depan rumah.

Kisah Septian ini, merupakan satu dari seribu kasus yang dialami penduduk Aceh saat kewajiban Ronda Malam di adakan. Untung saja, saat Pj Gubernur Tarmizi A. Karim dilantik sebagai pimpinan daerah di Aceh, kewajiban ronda malam tersebut pun di cabut. Meskipun hanya bersifat sementara.

“Sekarang Ronda sudah dihentikan sementara waktu. Bulan tiga (Maret), Septian kena tugas ronda lagi.”

Mungkin, akan ada kisah-kisah tragis lain akibat jaga malam yang tidak hanya dirasakan oleh Septian si CS RSIA. Mungkin, episode Jaga Malam ke dua akan dialami oleh Septian sang Guru, Septian sang Dosen, Septian si Mahasiswa, Septian si Tukang Becak atau Septian-septian yang lain. Akankah kebijakan menjaga malam agar tak kunjung pagi ini berlanjut?[***]