Presing Los Blancos terhadap El Blaugrana yang dikhawatirkan entrenador Pep Guardiola ternyata hanya mampu diperankan el Mou’s team kurang dari 20 menit. Sempat dikejutkan oleh Gol Benzema pada menit pertama, el Pep’s team segera keluar dari tekanan dan memeragakan permainan tiki-taka khasnya untuk menyusun skenario kematian bagi tim asal ibu kuta Madrid. Kali ini permainan El Barca lebih atraktif. Merengues pun meringis.
Saya sebut lebih atraktif, karena aliran bola yang dimainkan El Barca berlangsung dalam tempo lebih cepat. Ini kontras dengan kebiasaan Blaugrana yang lebih menikmati permainan pelan dengan tingkat kesabaran yang cukup tinggi dalam menerobos pertahanan lawan. Sebagian penikmat bola mulai jemu dengan konsep permainan sabar berlebihan ala tim asal Catalan ini, sebab mulai menunjukkan gejala monoton.
Bukan Pep namanya kalau tidak mampu mencari solusi dari masalah karakter permainan anak asuhnya yang sudah mulai dibaca lawan, terutama musuh bebuyutannya, El Real. Apalagi si genius Mourinho terus berupaya memperbaiki kualitas timnya demi menjaga persaingan dengan El Barca. Ia gigih mencari solusi untuk meladeni permainan kolektif Barcelona yang masih terbaik sejagat.
The Special One sampai pada kesimpulan, kolektifitas harus dilawan dengan kolektifitas, tapi ia meramunya dengan tempo lebih cepat. Terbukti dalam beberapa el clasico terakhir, racikan pria Portugal itu mampu memberi perlawanan sengit bahkan mulai merepotkan skuad Pep Guardiola yang tampil dengan kolektifitas lambat. Misalnya laga terakhir kedua tim di pergelaran Super Copa. Meskipun akhirnya kalah 3-2, Real Madrid tampil luar biasa apik. Mou pintar mencari solusi atas dominasi lawan.
Itulah yang menyebabkan banyak media massa dan analis sepakbola menjagokan El Real dalam laga el clasico yang ke-216 itu. Alasan lainnya adalah prestasi kemenangan 100 persen Casilas Cs. dalam 15 pertandingan terakhirnya. Tabloid Bola edisi Sabtu misalnya, menurunkan berita yang mengindikasikan Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan akan sukses merebut tripoin. ‘Angin Berhembus ke Si Putih’, demikian Sapto Haryo Rajasa membuat tajuk tulisannya di halaman 7.
Bahkan, dari tiga personal yang memprediksi hasil tarung el clasico di halaman 9 tabloid yang sama, tidak satu pun berani menjagokan Barcelona. Dwi Widijatmiko dan Tio Nugroho (Presenter Sepakbola) sama-sama memberikan persentase 55-45 untuk kemenangan tuan rumah El Real. Sedangkan Vennard Hutabarat memilih aman dengan mematok angka fifty-fifty.
Harian Kompas (10/12) juga menurunkan berita yang lebih kurang bernada sama. ‘Real Jaga Reputasi Bernabeu’, tulis harian nasional itu sambil mengutip komentar Fran De Boer, mantan punggawa Barcelona. Kompas juga menyandarkan argumennya pada performa terakhir Los Galacticos yang demikian perkasa atas lawan-lawannya di seluruh kompetisi.
Pengisi kolom olahraga Kompas (8/12), Anton Sanjoyo, secara blak-blakan menyebutkan, hasil imbang di Bernabeu tampaknya yang paling realistis dikejar Puyol Cs. Bung Joy beralasan permainan Real Madrid musim ini bukan cuma lebih berkualitas dan atraktif, tetapi lebih stabil dibandingkan Barca yang terganggu karena sering menurunkan kombinasi senior-junior dalam berbagai laga.
Tapi apa yang terjadi? Pep mematahkan banyak prediksi. Meski kelihatan santai menyambut el clasico, permainan timnya menunjukkan Pep tidak diam diri. Agaknya, ia sadar betul mempertahankan dominasi lebih sulit dari merebutnya. Pep pro aktif membaca kemajuan yang ditunjukkan kompatriotnya. Maka itu Barca tidak lagi pakem 4-3-3. Dalam beberapa pertandingan La Liga, Pep justru memeragakan 3-4-3 untuk mengecoh perhatian lawannya.
‘Yang terpenting adalah kemampuan membaca kekuatan lawan serta kekuatan dan kelemahan sendiri. Kami harus lebih peka terhadap permainan, strategi dan serangan balik mereka’, katanya kepada Marca sebelum pertandingan, sebagaimana dikutip vivanews.com.
Sepertinya Pep benar-benar mampu membaca kekuatan lawan dan membenahi kelemahan timnya. Ia begitu peka pada permainan cepat Real Madrid yang merepotkan pasukannya di Super Copa, lalu meresponnya dengan meningkatkan tempo permainan di el clasico jilid I musim 2011/2012 di Stadion Bernabeu Minggu (11/12) Wib. Hasilnya sungguh mengejutkan. El Barca mengajari El Real bagaimana menerapkan kolektifitas permainan dalam tempo cepat. Betapapun el Pep’s team lebih matang, tenang, dan konsisten dalam delapan el clasico terakhir[].