Somethin’ dan Something

Diyus

Sekonyong sebuah melodi lagu menyeruak dalam kepala. Bukan peristiwa luarbiasa. Ini kerap terjadi. Mungkin sehari bisa 3 sampai 5 kali.

Aku lupa judul lagunya. Tapi seingatku sempat terdengar waktu Mamak-Mamak di kampungku sedang kecanduan menonton telenovela berjudul Betty La Fea (Yo Soy Betty, la fea – 1999-2001). Serial asal Columbia yang diperankan dengan apik oleh Ana María Orozco Aristizábal (Beatriz “Betty” Aurora Pinzón Solano) dan Jorge Enrique Abello (Armando Mendoza Sáenz). Percintaan klise yang mempertemukan si kaya dengan si miskin dalam ranah asmara.

Namun, bukan isi telenovela itu yang mengganggu. Ini soal judul lagunya. Aku lupa. Orang lupa mana ingat! Padahal aku sedang ingin memainkannya dengan gitar yang sedang parkir di pangkuanku. Untung saja benakku mengingat kata “…somethin’ stupid…” di liriknya, lamat-lamat dalam ingatan. Ternyata, judul lagu bernuansa Latino tersebut memang Somethin’ Stupid adanya. Lagu yang ditulis oleh Carson Parks. Pertamakali direkam tahun 1966 itu tenggelam oleh versi kedua yang dibawakan Frank Sinatra bersama putrinya, Nancy Sinatra pada Maret 1967.

Setelah kuingat-ingat aku mencari lagu ini karena beberapa hari lalu menonton film Joy. Kisah yang diperankan Jennifer Lawrence ini membuat aku menemukan 2 hal; Pertama, seorang perempuan hebat yang tak kenal kata menyerah.

Kedua, sosok Jennifer Lawrence yang selalu kutemukan sebagai petempur di tiap film yang dibintanginya. Sejak Hunger Games ia berjuang tanpa henti, selalu menjadi penantang dan penentang jumudnya dunia tempat dominasi kaum patriarki.

Beberapa bagian dalam alur film telah membuat aku memaklumi seandainya Joy menyerah menghadapi tekanan. Namun, ia tak berhenti hingga kejayaan telah berada dalam genggaman jemarinya.

Saat mengetik di kolom pencarian Youtube, kutemukan lagu lain yang menggunakan kata ‘something’, tembang asmara milik Paduka Yang Mulia The Beatles Meutuwah. Kedua lagu ini mengambil judul kata ganti yang menunjukkan ketidakpastian dari suatu hal. Tetapi, kedua lagu ini juga bercerita tentang indahnya ketidakpastian yang tengah berlangsung di antara 2 insan yang tengah mabuk asmara. Jenis kemabukan yang paling mendatangkan efek candu.

‘Something’ yang kedua ini mengekspresikan fase ekstase George Harrison saat mempelajari Kesadaran Krishna (Krishna Consciousness), sebuah aliran spiritual Hindu yang membimbing seorang hamba untuk mempelajari jenjang kesadaran Tuhannya; jenjang lanjutan dari kesadaran terhadap keberadaan Tuhan. Beberapa kali kudapati musisi di era ’60-an hingga era ’80-an mengalami pengaruh ajaran Hindu.

Banyak orang beranggapan bahwa lagu ini menceritakan keterpesonaannya terhadap Pattie Boyd, istri George saat itu. Ia lantas menjelaskan bahwa semua kata ‘she’ dalam lagu itu mulanya adalah kata ‘he’, sebab ia tengah menjelaskan kekaguman pada Krishna yang berkelamin lelaki. Namun, karena ia tak ingin dianggap banci atau gay, George mengubah seluruh kata he menjadi ‘she’.

Akhirnya kusadari, ini jelas 2 ‘something’ yang berbeda. Meski di imaji para pendengar, kedua ‘something’ tersebut menggambarkan betapa hebat perempuan dalam visi gejolak hormonal para lelaki. Betapa luluh yang begitu sungguh dan penuh telah hadir saat keterpesonaan meneropong sebuah pesona dalam sasaran tembak. Jenis luluh melampaui frasa ‘perempuan hebat’, melainkan pengakuan yang mau-tidak-mau mesti mengikrarkan bahwa perempuan adalah kehebatan itu sendiri.

Musikalitas Something milik The Beatles memang tak mencerminkan ke-India-an samasekali. Tapi coba perhatikan Norwegian Wood yang berornamen suara Sitar di bagian intro. Masih ada Across The Universe, Norwegian Wood (The Bird Has Flown), Within You, Without You, Love You To, Lucy in the Sky with Diamonds, Sexy Sadie, The Inner Light dan I am The Walrus yang bertabur citarasa bumbu-rempah India.

Sebuah gejala yang cukup asyik untuk kecermati; Mengingat pada era tersebut, daratan Britania mendominasi arus karya musik di permukaan Bumi. Sementara, ajaran Hindu berasal dari sub-benua India yang menjadi bagian penting dari wilayah jajahan Inggris. Sungguh unik ketika anak-anak penjajah belajar spiritualitas dari wilayah jajahan para pendahulunya.

Mungkin Farrokh Bulsara adalah pengecualian. Warna musikalitasnya di band Queen yang juga mistis menambahkan citarasa Persia yang menjadi akar budayanya. Dunia layak menempatkan Bohemian Rhapsody sebagai masterpiece pencapaiannya. Namun, setelah melihat peta dunia, aku baru tersadar bahwa sub-benua India berada dalam gugus wilayah yang sama dengan Persia (Iran).

Itu sebab aku mengingat kembali karya monumental Led Zeppelin berjudul Kashmir. Sebuah kawasan yang juga segugusan dengan India dan Iran. Sungguh ‘wow!’ rasanya mendapati fakta yang serunut ini. Fakta yang menggambarkan betapa kolonialisme, imperialisme bahkan orientalisme sekalipun tak mampu membendung arus perlawanan spiritual dari wilayah jajahannya. Sebuah forma perlawanan yang ‘meracuni’ sumsum, benak dan jiwa anak-anak mereka untuk melawan ‘ayahnya’ sendiri!

Image Source:

  1. Image1
  2. Image2
  3. Image3
  4. Image4

 

 

 

Leave a Comment