Penelitian di berbagai belahan dunia menemukan anak-anak yang terlibat narkoba, criminal dan LGBT adalah mereka yang kurang kasih saying orangtuanya. Perceraian, broken home (rumah yang rusak, mungkin akibat gempa karena pergeseran kulit bumi, dan pergeseran paham suami istri) maka terjadilah anak-anak yang tidak terurus dan menjadi begal ataupun hal-hal negatif seperti tersebut diatas, dan di bawah akan saya sebut lagi.
Banyak orang menginginkan anaknya menjadi hafiz atau anak yang soleh, tapi orangtuanya tak soleh, lupakah kita semua pada pepatah Meunan Pliek menan minyek, meunan mak meunan aneuk artinya buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tapi kalau pepatah Aceh tadi lebih kepada begitu ibunya, begitulah anaknya. Kalau pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya bisa dipelesetkan kalau pohonnya di pinggir sungai, maka jauhlah hanyutnya dan buah itu bisa dibilang, buah jatuh jauh dari pohonnya.
Ayah yang soleh biasanya menghadirkan anak yang soleh. Anak yang hafiz Alquran, lahir dari ayah yang suka membaca Alquran. Ayah yang lucu, melahirkan anak yang lucu…eh? Ayah bisa melahirkan? Saya jadi teringat kisah Ronny Pati Nassarani, seorang pemain bola nasional. Dia adalah ayah yang gagal pada awalnya, susah mengatur waktu dengan anaknya sehingga dua anaknya menjadi pecandu narkoba. Setelah berpikir keras bagaimana menyembuhkan mereka, rupanya hanya dengan cinta mereka bisa disembuhkan. Pak Ronny berhenti dari dunia sepakbola dan focus mengobati anaknya, dia pergi ke bandar narkoba untuk menjemput anaknya dan merebut kembali cinta anaknya yang sudah terlanjur mencintai bandar narkoba.
Anak gadis yang pacaran, dia kurang mendapat cinta dari ayahnya. Dia perlu cinta dari sosok lelaki dari kecil tapi gagal mendapatkan itu dari ayahnya. Yang berharga bukanlah uang pada dasarnya. Waktulah yang paling berharga. Waktu yang kita habiskan itulah yang menjadi uang.
Di tahun pertama pernikahan, waktu yang kita habiskan dengan istri lebih berharga dari uang yang kita hasilkan. Maka hargailah setiap waktu yang diberikan kepada kita dengan memaksimalkan dengan anak-anak dan istri-istri kita.
Anak-anak haruslah dihargai keberadaannya. Memarahi mereka sama saja membunuh sel-sel otaknya dan dia akan mengangap memarahi itu tindakan yang benar, maka dia akan memarahi kawannya. Memukul anak akan memberi efek yang lebih negatif lagi pada anak, dia akan memukul kawannya dan akan ada laporan perkelahian dengan anak lain dari sekolah.
Yang sudah anaknya nakal dan tidak bisa diatur, ingatlah bahwa masih ada cinta dan waktu yang bapak-bapak dan ibu-ibu berikan pada mereka, jika mereka lebih leluasa dan lebih jujur pada temannya daripada anda, maka itu sudah salah besar. Seharusnya anak lebih dekat dengan orangtua daripada orang lain, apalagi orang lain itu beda jenis kelamin, kan vahayya!
Dengarkanlah mereka, sempatkanlah waktu bermain bersama mereka dari kecil. Jarang diajak main atau berwisata menghabiskan waktu bersama keluarga maka dia akan mencari kawan lain untuk bermain. Berilah kasih sayang penuh pada mereka sejak kecil. Nabi kita tak pernah tidak bangun dan mencium kening Fatimah anaknya pada setiap kali berjumpa, walaupun sampai Fatimah sudah menikahi Ali bin Abi Thalib.
Walaupun sederhana tapi tanyakanlah apa yang dia pelajari di sekolah, atau bagaimana harimu hari ini saat dia pulang kerumah, jadikanlah rumah senyaman mungkin untuk keluarga tinggal. Rumah itu menjadi syurga kalau saat kita memasukinya kita merasa dihargai, dipedulikan dan ada kedamaian di dalamnya.
Dari Lambuikhong, Riazul Iqbal melaporkan.