Beyond Expectation: Perpustakaan untuk Kaum Milenial

Taufik Al Mubarak

KNOWLEDGE is free at our library, just bring your own container. Kalimat itu terbaca jelas di sebuah papan nama gedung yang bersebelahan dengan Biro Rektorat Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Dicetak dengan huruf berwarna putih dan berlatar hijau, membuat siapa pun yang melintas di depannya bisa membacanya dengan cukup jelas. Dengan bekal pengetahuan bahasa Inggris yang minim, saya mencoba menebak-nebak artinya. “Pengetahuan gratis di perpustakaan kami…”

Saya yang bukan mahasiswa Unsyiah jelas sangat terkesan oleh kalimat tersebut. “Sambutan yang cukup bersahabat,” gumam saya dalam hati. Pada Sabtu (9/3) siang itu adalah hari pertama saya mendatangi perpustakaan Unsyiah. Kesan pada perjumpaan pertama yang saya dapatkan itu sungguh menggoda.

Hari itu, cuaca di luar sedang terik. Beberapa mahasiswa tampak duduk bersantai di taman yang berada di luar perpustakaan. Ada yang asyik bermain dengan smartphone, ada yang sibuk membaca buku, dan banyak juga mahasiswi sedang bercengkrama dengan teman-temannya di tempat duduk berpayung. Bagi saya, kawasan taman depan pustaka itu adalah tempat yang menyenangkan untuk melepas penat.

Suasana berbeda langsung saya rasakan saat berada di dalam gedung. Adem dan tenang. Seorang wanita muda sudah menunggu di counter check-in. Ia sendirian saat itu dan tampak kewalahan melayani para mahasiswa yang keluar-masuk pustaka. Beberapa kali ia harus berpindah tempat, sebentar di meja counter melayani mahasiswa yang ingin masuk ke dalam pustaka, dan sejurus kemudian harus merapat ke meja dekat pintu keluar: memeriksa tas mahasiswa yang keluar dari pustaka.

Karena lagi jam istirahat, wanita itu pun harus melakukannya sendirian. Ia begitu cekatan memeriksa tas dan bawaan para pengunjung yang keluar dari gedung. Kerja wanita itu sedikit terbantu oleh sensor yang dipasang di pintu. “Sensor akan berbunyi kalau ada buku dari pustaka ini di dalam tas pengunjung,” katanya. Sensor itu, katanya, hanya mendeteksi buku yang sudah diberi kode barcode perpustakaan.

Meski sudah dipasang sensor, pihaknya tetap melakukan pemeriksaan secara manual. “Kadang-kadang mesinnya error juga.” Saya sempat memperhatikan, sensor tidak selalu berbunyi. Boleh jadi tidak ada buku bertanda barcode di tas mahasiswa. Dengan sistem ini, kasus pencurian buku bisa diantisipasi sedini mungkin.

Bagi mahasiswa yang meminjam buku biasanya dikasih kertas menyerupai karcis antrian. Mereka cukup menunjukkan bukti tersebut kepada petugas dan buku pinjaman itu sudah boleh dibawa keluar.

***
SEJUMLAH mahasiswa memenuhi meja belajar yang berada tak jauh dari arah pintu masuk. Mereka tampak tenggelam dalam dunia masing-masing. Saya melihat beberapa dari mereka asyik memperhatikan layar smartphone dan laptop, yang lainnya tengah larut membaca buku. Selain membaca buku, di dalam pustaka mereka juga bisa melakukan browsing. Kampus Unsyiah termasuk yang peduli dengan dunia digital. Tidak sulit mendapatkan koneksi internet di areal kampus, lebih-lebih di dalam pustaka.

“Untuk akses internet, mahasiswa cukup menggunakan kode akses dari nomor induk mahasiswa (NIM),” kata Muhammad Khatami, mahasiswa FISIP Unsyiah.

Di sudut lain di dalam pustaka, beberapa mahasiswi memilih duduk di lesehan. Dari pintu masuk, lokasi lesehan berada di sebelah kanan. Mereka tampak sedang membaca buku sambil bersandar ke dinding, sebagian lagi sedang menatap layar laptop di atas meja kecil. Boleh jadi mereka sedang menyelesaikan tugas dari dosen.

Koneksi internet yang kencang, membuat para mahasiswa lebih memilih menghabiskan waktu mereka di dalam pustaka. Mereka bisa menyalurkan hobi seperti menulis dan menjadi kreator konten. Sebab, semua kebutuhan mereka sudah tersedia di dalam pustaka. Untuk referensi, mereka tak hanya bisa mencari melalui internet, melainkan juga dengan mengakses ribuan buku di sana. Setidaknya mereka bisa belajar menjadi peneliti muda.

Untuk masuk ke pustaka, mahasiswa cukup menggunakan kartu tanda mahasiswa (KTM) Unsyiah. Kartu ini bisa di-scan di counter check-in. Sementara yang bukan mahasiswa Unsyiah, mereka harus membayar Rp5 ribu untuk bisa mengakses perpustakaan. Uang itu harus ditransfer melalui ATM yang berada di dalam pustaka.

UPT Perpustakaan Unsyiah melayani pengunjung setiap hari, dengan jadwal berbeda-beda. Pada hari biasa (Senin-Jumat), jam layanan dimulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 18.00 sore. Untuk jam layanan malam hari, dari seusai Magrib hingga pukul 22.45. Pada hari Sabtu, pustaka dibuka dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 18.00, dan tak ada jam layanan malam hari. “Khusus hari Minggu, perpustakaan hanya buka dari pukul 14.00 hingga pukul 18.00 saja,” kata petugas wanita.

Dengan jadwal layanan seperti ini, para mahasiswa dan juga masyarakat umum, bisa mengakses banyak sumber pengetahuan di perpustakaan ini. Jadi, cocok dengan tagline yang saya baca di luar gedung pustaka bahwa “pengetahuan gratis di perpustakaan kami, kamu hanya cukup membawa wadah sendiri.”

***

LALU, apa yang membuat perpustakaan Unsyiah menjadi tempat menarik? Bagi saya yang pertama kali berkunjung ke sana, langsung bisa menangkap kesan bahwa pustaka Unsyiah menjadi tempat yang asyik untuk mengisi waktu luang. Keberadaan Libri Cafe, misalnya, menjadi nilai tambah untuk memikat pengunjung.

Pada Rabu (6/3) lalu, Libri Cafe menggelar acara Relax and Easy, sebuah wadah yang diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa Unsyiah yang ingin menampilkan seni, music, talkshow dan bentuk kreativitas lain. Saat itu, dua talenta hadir mengisi acara seperti Afriana Andriana, penyanyi solo dan Murahdiara Murhida yang menampilkan perform akustik.

Libri Cafe yang disulap sangat instagramble itu memang cocok untuk para mahasiswa milenial. Selain sebagai tempat nongkrong, kantin itu bisa menjadi panggung kreativitas. Setidaknya, kesan pustaka sebagai tempat menyendiri para intelektual secara berangsur-angsur bisa dihilangkan. Dan, Unsyiah Library Fiesta 2019 bisa menjadi sebuah upaya untuk menghadirkan kesan perpustakaan sebagai tempat tongkrongan anak-anak milenial.

Saya pikir karena alasan inilah saya harus kembali lagi ke sini. Segera. []