Persetujuan historis atas Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot, yang disusul oleh lampu hijau untuk ETF Ethereum spot di Amerika Serikat, telah secara fundamental mengubah lanskap investasi aset digital. Peristiwa ini bukan sekadar kemenangan bagi dua raksasa kripto, melainkan pembukaan gerbang bagi kelas aset secara keseluruhan. Pintu air modal institusional telah terbuka, dan pertanyaan di benak para investor dan analis kini bergeser dari ‘jika’ menjadi ‘siapa selanjutnya?’
Spekulasi mengenai kandidat ETF berikutnya telah menjadi narasi dominan yang siap menggerakkan pasar. Namun, jalan menuju persetujuan ETF tidaklah mudah. Manajer aset seperti BlackRock dan Fidelity, serta regulator seperti Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), memiliki serangkaian kriteria ketat yang harus dipenuhi. Menganalisis kandidat potensial melalui lensa ini dapat memberikan wawasan strategis bagi para investor.
Baca juga: AI dan Kripto: Fondasi Ekonomi Digital Berikutnya yang Siap Mendominasi 2025-2026
Daftar Isi
Kriteria Aset untuk ETF: Apa yang Dicari Regulator dan Manajer Aset?
Sebelum menunjuk kandidat, penting untuk memahami apa yang menjadi pertimbangan utama dalam persetujuan sebuah ETF aset kripto. Proses ini bukan kontes popularitas, melainkan penilaian risiko dan stabilitas pasar yang cermat.
- Kapitalisasi Pasar Besar: Aset dengan kapitalisasi pasar yang signifikan menunjukkan adopsi yang luas dan tingkat stabilitas tertentu. Ini mengurangi risiko manipulasi pasar skala besar, sebuah kekhawatiran utama bagi regulator.
- Likuiditas Tinggi: ETF memerlukan aset dasar yang sangat likuid agar penerbit dapat secara efisien membuat dan menebus (create and redeem) saham ETF. Volume perdagangan yang tinggi di berbagai bursa terkemuka adalah sebuah keharusan.
- Pasar Berjangka (Futures) yang Matang: Ini adalah faktor krusial. Alasan utama SEC akhirnya menyetujui ETF Bitcoin spot adalah keberadaan pasar berjangka yang teregulasi di Chicago Mercantile Exchange (CME). Pasar ini menyediakan mekanisme penemuan harga (price discovery) yang andal dan menjadi acuan bagi SEC untuk memantau potensi manipulasi pasar spot.
- Tingkat Desentralisasi: SEC cenderung lebih nyaman dengan aset yang terdesentralisasi secara memadai. Aset yang tidak dikendalikan oleh entitas tunggal lebih kecil kemungkinannya untuk diklasifikasikan sebagai “sekuritas” di bawah Howey Test, sehingga menghindari kerumitan regulasi yang lebih ketat. Bitcoin dan (kini) Ethereum telah melewati ambang batas ini di mata regulator.
Kandidat Utama dan Analisisnya
Dengan mempertimbangkan kriteria di atas, beberapa nama muncul sebagai kandidat utama dalam perlombaan ETF berikutnya.
1. Solana (SOL): Sang Penantang Berkecepatan Tinggi
- Pro (Kelebihan): Solana memiliki salah satu ekosistem paling dinamis di luar Ethereum. Dengan kecepatan transaksi tinggi dan biaya rendah, Solana telah menarik adopsi ritel yang masif, terutama di sektor DeFi, NFT, dan memecoin. Kapitalisasi pasarnya yang kokoh dan likuiditas tinggi menjadikannya kandidat yang jelas dari sisi popularitas dan volume.
- Kontra (Kelemahan): “Kelemahan fatal” Solana adalah riwayat pemadaman jaringannya (network outages). Untuk produk keuangan sekelas ETF yang menuntut keandalan 100%, ketidakstabilan jaringan adalah bendera merah besar. Manajer aset dan regulator akan sangat berhati-hati terhadap risiko teknis ini. Selain itu, pasar berjangka untuk Solana di CME belum ada, yang menjadi rintangan signifikan.
- Analisis Akhir: Potensi adopsi Solana sangat besar, namun masalah keandalan jaringan harus diselesaikan secara tuntas sebelum dapat dianggap serius untuk ETF.
2. XRP: Fokus Institusional dengan Kejelasan Parsial
- Pro (Kelebihan): Keunggulan terbesar XRP adalah kemenangan parsial Ripple Labs dalam gugatannya melawan SEC. Pengadilan memutuskan bahwa penjualan XRP di pasar sekunder tidak merupakan kontrak investasi. Kejelasan regulasi ini memberikan keuntungan unik yang tidak dimiliki aset lain. Fokus XRP pada kemitraan institusional dan pembayaran lintas batas juga selaras dengan selera investor tradisional.
- Kontra (Kelemahan): Argumen utama yang menentang XRP adalah sentralisasi. Sebagian besar pasokan XRP masih dikendalikan oleh Ripple, yang bertentangan dengan kriteria desentralisasi yang disukai SEC. Sama seperti Solana, XRP juga belum memiliki pasar berjangka yang teregulasi di CME.
- Analisis Akhir: XRP unggul dalam hal kejelasan hukum, tetapi tertinggal dalam kriteria desentralisasi dan pasar berjangka. Jika pasar berjangka XRP diluncurkan di CME, posisinya akan jauh lebih kuat.
3. Chainlink (LINK): Tulang Punggung Infrastruktur Web3
- Pro (Kelebihan): Chainlink bukanlah platform Layer-1 seperti Bitcoin atau Solana, melainkan jaringan oracle terdesentralisasi yang menyediakan data dunia nyata ke dalam blockchain. Perannya sebagai infrastruktur krusial yang terintegrasi di hampir semua blockchain utama (agnostik-rantai) membuatnya sangat vital bagi ekosistem Web3. Tingkat adopsi dan integrasinya tidak tertandingi.
- Kontra (Kelemahan): Statusnya sebagai token utilitas infrastruktur menciptakan ketidakpastian. Kerangka kerja SEC sejauh ini berfokus pada aset komoditas seperti Bitcoin dan Ethereum. Menganalisis LINK untuk sebuah ETF akan menjadi preseden baru yang belum pernah dijelajahi regulator.
- Analisis Akhir: Chainlink adalah kuda hitam. Vitalitasnya bagi ekosistem adalah nilai jual yang kuat, tetapi modelnya yang unik menjadi tantangan regulasi yang signifikan.
Analisis Singkat Kandidat Lain:
- Cardano (ADA): Memiliki pendekatan akademis yang hati-hati dan komunitas yang kuat. Namun, laju pengembangan ekosistemnya lebih lambat dibandingkan para pesaing, dan belum memiliki daya tarik institusional sekuat yang lain.
- Avalanche (AVAX): Menawarkan arsitektur subnet yang inovatif untuk aplikasi perusahaan dan game. Namun, persaingan di ranah platform Layer-1 sangat ketat, dan AVAX perlu menunjukkan dominasi pasar yang lebih jelas.
Baca juga: Mengapa RWA Menjadi Narasi Investasi Triliunan Dolar di Tahun 2025?
Dampak Potensial ETF bagi Aset Terpilih
Jika salah satu dari kandidat ini berhasil mendapatkan persetujuan ETF, dampaknya akan sangat besar dan mengikuti pola yang telah kita lihat pada Bitcoin.
- Lonjakan Harga Eksponensial: Antisipasi menjelang persetujuan (“buy the rumor”) akan memicu reli harga. Setelah disetujui, aliran modal institusional baru yang masif akan mendorong harga ke level tertinggi baru.
- Legitimasi dan Stempel Persetujuan: Sebuah ETF adalah validasi tertinggi dari pasar keuangan tradisional. Ini akan mengubah persepsi aset dari spekulatif menjadi kelas aset investasi yang sah, membuka pintu bagi penasihat keuangan dan dana pensiun untuk mengalokasikannya.
- Masuknya Modal Baru: ETF secara dramatis menyederhanakan proses investasi. Investor tidak perlu lagi berurusan dengan dompet digital atau bursa kripto; mereka dapat membeli aset tersebut melalui akun pialang mereka. Ini akan menyalurkan triliunan dolar dari pasar modal tradisional ke dalam ekosistem aset tersebut.
Kesimpulan: Narasi Kuat di Cakrawala
Perlombaan untuk menjadi ETF kripto ketiga adalah salah satu narasi paling menarik di pasar saat ini. Meskipun jalan masih panjang dan penuh ketidakpastian, konturnya mulai terlihat jelas. Kriteria utama—terutama keberadaan pasar berjangka yang matang di CME dan tingkat desentralisasi yang memadai—akan menjadi penentu utama.
Saat ini, tidak ada kandidat yang dengan sempurna memenuhi semua persyaratan. Solana harus membuktikan keandalannya, XRP harus mengatasi masalah sentralisasi, dan Chainlink harus mendefinisikan dirinya dalam kerangka regulasi yang ada.
Meskipun belum ada yang pasti, narasi ‘ETF selanjutnya’ tidak diragukan lagi akan menjadi salah satu pendorong pasar yang paling kuat dalam beberapa waktu ke depan. Bagi investor, memahami para kandidat utama dan kriteria yang mendasarinya bukan lagi sekadar spekulasi, melainkan sebuah keunggulan strategis dalam menavigasi evolusi pasar aset digital berikutnya.[]