Oleh Muhammad Nazar
Virus HIV yang menyebabkan kehilangan kekebalan tubuh dan memunculkan AIDS kepada penderitanya semakin parah di berbagai negara. Tidak terkecuali di Aceh, para pengidap HIV dengan masa lima sampai sepuluh tahun lalu kini semakin banyak yang telah menjadi penderita AIDS tanpa dapat disembuhkan serta satu persatu meninggal.
Penyebab-penyebab dominan HIV/AIDS di Aceh adalah hitero-seksual atau hubungan seksual gonta ganti pasangan dan jarum suntik narkoba.
Hubungan seksual dengan pasangan suami istri yang salah satunya telah terkena HIV juga menjadi penyebab memperbanyak penderita, terutama di kalangan perempuan atau istri karena ketularan, bahkan bisa menular hingga ke bayi yang dilahirkan. Karena itu pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS harus dilakukan dengan berbagai cara, termasuk tidak memerangi penderitanya dengan vonis dan stigma kebencian. Apalagi sebahagiannya terkena HIV/ AIDS karena tertular, bukan karena penyimpangan prilaku dan agama.
Dari sisi jenis kelamin penderita HIV/ AIDS paling banyak memang masih didominasi kaum laki-laki, yaitu mencapai 66 % dan kaum perempuan 34 %.
Dari sisi profesi pekerjaan maka kalangan wiraswasta paling banyak, disusul ibu rumah tangga, petani, sopir jarak jauh, pelaut, pramuria, aparat keamanan, buruh, mahasiswa, siswa, peri-natal atau bayi yang terinveksi HIV sejak masih janin, pegawai negeri, wanita pekerja seks, tukang parkir dan pengangguran.
Sedangkan dari sisi teritorial administratif, hampir semua kabupaten/kota di Aceh sudah didapatkan pengidap dan penderita HIV/ AIDS, kecuali Singkil, Subulussalam dan Nagan Raya. Namun di daerah kabupaten/ kota ini bukan berarti tida ada pengidap HIV/ AIDS karena soalnya mereka juga tidak mau melapor atau memeriksa diri secara khusus untuk mendiagnosanya seperti daerah lain juga di Aceh.
Tahun 2010 kita berhasil mendapatkan data 25 pengidap dan penderita HIV/ AIDS. Sedangkan hingga November 2011 kita berhasil memperoleh data 28 orang lagi. Pendeknya dari 2004 sampai 2011 sudah 102 orang yang mengidap serta menderita HIV/AIDS. Dari jumlah itu 80 orang masih bertahan hidup dalam keadaan sakit-sakitan tanpa ada obat penyembuhnya, sedangkan 22 orang telah meninggal.
Jumlah itu akan bertambah dalam waktu dekat ini karena kita telah berhasil memperoleh 6 orang lagi yang sedang kita tunggu datanya dan sudah positiv HIVnya, bahkan sudah hampir pasti AIDS. Tetapi mereka ini belum kita masukkan dalam data akumulatif sampai ada data final supaya datanya tidak salah nanti.
Perlu diketahui dari seluruh jumlah pengidap HIV dan penderita AIDS mematikan itu data mereka kita dapatkan dari layanan kesehatan berbagai kabupaten/ kota, bukan karena mereka melaporkannya secara khusus atau karena kesadaran.
Ini artinya secara ilmiah kita harus hitung satu orang kali seratus, jadi kalau sekarang hipotesanya di Aceh berarti ada lebih dari seribuan pengidap HIV serta sebahagian besar telah menderita AIDS. Tentu saja ada berbagai penyebab mengapa mereka tidak berani melapor secara khusus ke tempat layanan kesehatan, termasuk karena takut distigmakan dan malu.
Islam Harus Operasional
Dilihat dari sisi penyebabnya seperti kami sebutkan tadi, maka secara dominan berarti penyebabnya adalah hal-hal yang melanggar agama atau dilarang agama seperti hubungan seksual gonta ganti pasangan atau seks bebas, penggunaaan narkoba dan hubungan seks yang sebelumnya telah tertular, lalu mengorbankan suami istri yang sah karena ikut tertular tanpa diketahui. Tentu ini semakin menyedihkan dan mengkhawatirkan.
Memang Aceh menerapkan syariat Islam tetapi penyebab HIV/ AIDS lebih banyak yang bertentangan dengan Islam, mulai prilaku hidup sampai pergaulan bebas. Ini artinya bahwa tidak sedikit muslim Aceh yang tidak mau menerapkan nilai-nilai kebaikan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan sosial. Islam itu agama yang paling sempurna dan agung.
Non muslim yang paham keislamanpun mengakui kehebatan nilai Islam. Tetapi manfaat dan rahmatnya tidak lahir begitu saja jika Islam tidak operasional dalam sisi-sisi kehidupan.
Semestinya nilai Islam menjadi solusi paling efektif untuk pencegahan HIV/AIDS jika orang-orang muslim memahami dan sadar melaksanakannya.
Maka dalam momentum peringatan Hari AIDS se Dunia yang diperingati setiap 1 Desember, saya mengajak seluruh penduduk Aceh dan umat Islam di Aceh, bahkan dimanapun di dunia ini untuk dapat mengoperasikan nilai-nilai Islam dalam seluruh sisi kehidupan agar selamat, termasuk dari virus HIV/ AIDS. Sehingga orang-orang tidak melakukan penyimpangan prilaku yang menyebabkan lahir atau menularnya berbagai penyakit seperti AIDS.
–Muhammad Nazar adalah Wakil Gubernur Aceh, Ketua Pelaksana Komisi Penanggulangan HIV/ AIDS (KPA) Aceh.