Banda Aceh – Pemerintah Aceh akan mendukung alih fungsi kilang LNG PT Arun di Lhokseumawe menjadi receiving terminal (terminal penerima gas) paska berakhirnya persediaan gas di provinsi ini yang diperkirakan pada 2013.
“Kita mendukung sepenuhnya pengalihan fungsi kilang PT Arun paska berakhirnya gas menjadi terminal penerima gas,” kata Wakil gubernur Aceh, Muhammad Nazar, di Banda Aceh, Jumat.
Dijelaskan, jika bekas kilang LNG PT Arun itu difungsikan menjadi terminal penerima gas, maka minimal akan mampu memasok kebutuhan gas untuk menghidupkan sejumlah industri di Aceh, seperti PT KKA, PT AAF, PT Kraf Aceh, dan PT Aromatic.
Muhammad Nazar juga menjelaskan jika bekas kilang LNG PT Arun itu dialihkan fungsinya menjadi terminal penerima gas, maka akan terkoneksi dengan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
“Aceh merupakan salah satu provinsi yang masuk dalam program MP3I di kawasan Sumatera. Dengan difungsikan bekas kilang LNG PT Arun menjadi terminal penerima gas, maka akan memberi manfaat besar bagi Aceh,” kata Wagub.
Karenanya, Muhammad Nazar menyatakan pihaknya akan menyampaikan langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait rencana alih fungsi kilang LNG PT Arun paska berakhirnya gas di Aceh menjadi terminal penerima gas.
“Saya akan menyampaikan kepada Kepala Negara, mudah-mudahan dikabulkan untuk memberi jaminan ketersediaan gas bagi kebutuhan menghidupkan kembali sejumlah industri vital di Aceh,” kata dia menjelaskan.
Itu juga bagian dari upaya revitalisasi PT Arun dengan harapan aset negara tersebut tidak menganggur setelah berakhirnya ketersediaan gas di Aceh, ujar Muhammad Nazar menambahkan.
Selain itu, ia juga mengatakan sarana pendukung pemanfaatan kilang LNG Arun untuk terminal penerima gas di Lhokseumawe tersebut tersedia seperti pelabuhan bagi kapal-kapal yang akan memasok gas.
“Selain bekas kilang bisa dimanfaatkan kembali untuk terminal penerima gas, infrastruktur pendukung juga sudah tersedia, termasuk letaknya yang sangat strategis di Aceh,” kata Muhammad Nazar. [] (Antara)