BANDA ACEH – Forum Jurnalis Aceh Peduli Bencana (FJAPB) menggelar pekan jurnalis peduli bencana sejak Selasa (20/12), untuk mengenang bencana tsunami yang terjadi di Aceh tujuh tahun lalu dan kampanye pengurangan risiko bencana.
Fakhrurradzie Gade, Sekretaris Jenderal FJAPB, menyatakan, berbagai kegiatan yang digelar hingga Senin depan, untuk mengajak semua pihak terlibat dalam upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
“Indonesia tidak putus dirundung bencana, baik gempa, tsunami, banjir, longsor dan letusan gunung berapi. Untuk itu, pengurangan risiko bencana harus terus dikampanyekan semua pihak, guna meminimalisir jumlah korban bila bencana terjadi,” katanya.
“Jurnalis Aceh merasa terpanggil dan punya tanggung jawab mengampanyekan mitigasi bencana pada masyarakat karena melalui pemberitaan terus menerus, masyarakat akan lebih siaga terhadap potensi ancaman bencana.”
Pekan jurnalis peduli bencana dengan tema “Siaga Sebelum Petaka” antara lain menggelar kegiatan pameran foto, seminar nasional, doa bersama, aneka lomba dan hari terakhir akan ada malam kagum. Semua kegiatan itu mengenai mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
Sekitar 30 foto hasil karya fotografer dan pewarta foto Aceh mulai dipamerkan di Museum Tsunami, sejak Selasa hingga 25 Desember. Semua foto mengenai kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana. Pada 26 Desember, foto-foto akan dipindahkan ke Taman Sari, Banda Aceh, untuk bergabung dengan Expo.
Pengunjung Museum Tsunami bisa dengan leluasa melihat dokumentasi bencana Aceh serta soal simulasi bencana dan lingkungan begitu memasuki museum yang dibangun khusus untuk mengenang bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004.
Fakhrurradzie menambahkan bahwa pada Kamis, akan digelar seminar nasional strategi media dalam mengampanyekan pengurangan risiko bencana. Pembicara seminar adalah Arif Zulkifli dari majalah TEMPO, Heru Hendratmoko dari Kantor Berita Radio 68H, Choiri Ahmadi dari RCTI, Mujtaba Hamdi dari MediaLink, Uzair dari Kantor Berita Radio Antero Banda Aceh, dan Yarmen Dinamika dari Harian Serambi Indonesia.
“Kami berharap melalui seminar itu akan adanya kepedulian dari media massa untuk terus menerus memberitakan tentang mitigasi dan pengurangan risiko bencana,” kata Fakhrurradzie.
Pada sesi kedua akan tampil pembicara Maria Rosaline dari Universitas Trisakti, Konsultan UNDP Bambang Hendro dan Direktur Utama Bank Aceh, Islamuddin. Ketiga pembicara itu mengambil tema tentang coorporate social responsibility untuk pengurangan risiko bencana.
Ditambahkan bahwa aneka lomba mengenai pengurangan risiko bencana terdiri dari lomba penulisan, jingle iklan radio, lomba foto dan film dokumenter yang pesertanya berasal dari kalangan jurnalis dan mahasiswa.
“Doa bersama akan digelar hari Jumat. Setelah doa bersama di Masjid Ulee Lheue yang merupakan satu-satunya bangunan selamat padahal terletak di bibir pantai saat tsunami tujuh tahun lalu menghantam akan dilanjutnya dengan tabur bunga di kuburan massal,” kata Fakhrurradzie.
Pada malam kagum akan diperlihatkan berbagai kesenian tradisional Aceh yang dipusatkan di Taman Sari. Di malam kagum juga akan diberikan apresiasi kepada jurnalis dan warga selama ini berpartisipasi aktif dalam kampanye pengurangan risiko bencana.