Banda Aceh – Puluhan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (Fkip Unsyiah) menggelar aksi di depan Dinas Pendidikan Aceh, Jumat (23/12). Mereka menolak penempatan guru kontrak dari luar daerah yang selama ini ditempatkan di sejumlah sekolah di Aceh.
Mahasiswa yang menamakan dirinya Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) FKIP Unsyiah ini menilai kapasitas dan kapabilitas guru kontrak dari Aceh memiliki kemampuan yang lebih baik dari guru luar daerah. Mereka juga menilai penempatan guru kontrak tersebut sarat dengan KKN (korupsi kolusi dan Nepotisme). “Karena sangat tertutup dan tidak transparan, banyak guru kontrak di Aceh tidak mengetahui hal itu,” ujar Sopian, Ketua BEM FKIP Unsyiah.
Selain itu, katanya, penempatan Guru dari luar daerah dalah bentuk diskriminatif terhadap guru kontrak diaceh, terutama dalam hal kesejahteraan, guru kontrak Aceh hanya digaji Rp30 ribu hingga Rp300 ribu/bulan, sedangkan guru yang dikontrak dari luar sebanyak 445 orang tersebut mendapat bayaran Rp2,9 juta/bulannya.
“Ini sangat diskriminatif, apalagi di Aceh terdapat ribuan guru bakti, dan guru Honorer yang telah mengabdi bertahun-tahun disekolah-sekolah, terutama sekolah pedalaman Aceh, kenapa nggak mereka saja yang diangkat,” tegasnya.
Mahasiswa menuntut pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan agar segera menarik guru kontrak dari luar Aceh tersebut. “Atau setarakan gaji guru honor, dan guru kontrak di Aceh menjadi Rp2,9 juta, selain tunjangan,” tutup Sopian.
Tanggapan Disdik Aceh
Sementara dari pihak Dinas Pendidikan Aceh mengaku akan mengirim surat pada seluruh Dinas pendidikan kabupaten/kota agar menindaklanjuti tuntutan mahasiswa. Karena mereka juga tidak sepakat dengan pengontrakan Guru dari luar, dan harus mencari solusi lain untuk menghadapi masalah ini. “Senin kita akan mengiri surat tersebut,” kata Zulkifli Saidi, Sekretaris Disdik Aceh, saat audiensi dengan mahasiswa.
Aksi yang dimulai jam 10.30 tersebut. Awalnya mahasiswa berorasi di depan Disdik Aceh, hanya sekitar 15 menit, pihak Disdik Aceh keluar dan menggajak mahasiswa berodeinsi dalam ruang serba guna di lantai dua. Setelah ber odiensi sekitar satu jam lebih, mahasiswa membubarkan diri dengan tertib.[]