Banda Aceh-Badan Meteoroli Klimatoligi dan Geofisika (BMKG) Mata Ie, Aceh Besar menyesalkan tidak dibunyikannya sirene tsunami saat gempa tektonik pukul 01:36 WIB dengan kekuatan 7,1 SR dan berpotensi tsunami. Syahnan, Kepala BMKG, mengaku pihaknya sudah memberikan ‘tsunami warning.’
“Ini kewenangan pemerintah setempat untuk membunyikkan sirene, dampaknya itu evakuasi semua masyarakat,” jelas Syahnan, Rabu (11/1).
Namun menurut Syahnan, kemungkinan atas pertimbangan agar masyarakat tidak panik, Badan Penanggulang Bencana Aceh (BPBA) tidak membunyikan sireni peringatan tsunami. Selain itu, katanya, tidak dibunyikannya sirene karena dinilai jarak pusat gempa ke Banda Aceh terlalu jauh.
Asmadi, Kepala BPBA, saat dihubungi via telpon mengaku belum mengetahui penyebabnya tidak dibunyikannya sirene tsunami.
“Saya akan tanya dulu ke Pusdalop kenapa tidak bunyi,” katanya.
Iskandar, PJ Pusat Pengendalian Operasi Penanggualang Bencana (Pusdalob-PB), menyatakan pihaknya tidak membunyikan satupun sirine peringatan tsunami karena pusat gempa berada 446 KM dari Banda Aceh. Menurutnya, ada empat sirene tsunami di Banda Aceh dan dua di Aceh Besar.
“Titik sebaran sirine tsunami di daerah yang tidak terancam tsunami. Kepanikan terjadi 20 menit setelah gempa besar itu biasa tandanya masyarakat telah siaga,” kilahnya.
BMKG hingga saat ini mencatat telah terjadi 11 kali gempa susulan di titik yang berdekatan dengan pusat gempa 2.41 Lu-93.09 BT atau 334 kilometer Barat Daya kabupaten Simeulue Provinsi Aceh dengan kedalaman 10 kilometer.
“Ini akibat penujaman lempeng Indoaustralia yang nyusup ke lempeng Euroasia, Aceh memang berada pada jalur tektonik tersebut sehingga sering gempa.[]