Fitch Khawatirkan Sistem Perbankan Indonesia

Qaid Arkana

Singapura-Lembaga pemeringkat Fitch, yang bulan lalu menaikkan peringkat investasi Indonesia, Selasa (17/1) mengatakan mereka memiliki kekhawatiran terhadap sistem perbankan Indonesia karena tingginya pertumbuhan valuasi dan pinjaman.

Sistem perbankan Indonesia mengkhawatirkan, kata Fitch

“Meski kami khawatir tentang sistem perbankan Indonesia karena tajamnya kenaikan dalam harga-harga aset dan pertumbuhan kredit serta perekonomian, kami tidak memandang hal ini sebagai hambatan terhadap peringkat investasi Indonesia saat ini,” kata Philip McNicholas, direktur peringkat Fitch di Asia Pasifik kepada kantor berita Reuters.

Fitch Desember lalu menaikkan peringkat investasi Indonesia ke BBB- dengan prospek stabil dan menyorot kesuksesan ekonomi Indonesia sekaligus kegagalan menerapkan reformasi tata pemerintahan yang lebih cepat.

Bank Indonesia telah melipatgandakan cadangan asing dalam tiga tahun terakhir hingga mencapai US$ 110 juta, sebagai sandaran untuk mengandalikan aliran modal ke luar negeri. Meski demikian nilai cadangan menurun dalam beberapa bulan terakhir karena bank sentral melakukan intervensi terhadap mata uang rupiah.

“Fleksibilitas mata uang kami lihat sebagai hal yang positif untuk Indonesia, bahkan jika ada ketidaknyamanan dalam jangka pendek,” kata McNicholas.

Birokrasi Buruk

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bulan lalu telah menyerukan pentingnya mengawal reformasi, menyusul naiknya peringkat Fitch.

“Fitch… melihat bahwa ada ketidakefisienan tata pemerintahan di Indonesia tapi tidak cukup besar untuk mengganggu pertumbuhan ekonomi atau stabilitas harga, sehingga hal itu bukan risiko besar untuk peringkat,” kata Aninda Mitra, kepala riset ekonomi Asia Tenggara di ANZ Singapura.

Hal serupa juga menjadi catatan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) tentang tantangan perekonomian Indonesia tahun 2012. Menurut Kadin, tantangan akan tetap tinggi terutama dari sisi internal sendiri.

KADIN mencatat ada banyak pekerjaan rumah berupa kebijakan fiskal, infrastruktur dan masalah birokrasi.

Dari sisi moneter KADIN juga menyoroti soal kebijakan Bank Indonesia yang masih konservatif dalam menentukan suku bunga acuan atau BI Rate sehingga suku bunga perbankan tetap jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain.[bbc]