Meulaboh-Tepat pukul 10.13 WIB, gempa kuat berpotensi tsunami melanda kota Meulaboh, Aceh Barat. Para siswa SD 3 Meulaboh yang sedang belajar di kelas dengan sigap melindungi diri mereka di bawah meja. Kemudian setelah gempa reda, dengan tertib dan cekatan mereka bergerak menuju ke lapangan sekolah sambil tak lupa melindungi kepala dengan tas masing-masing.
Begitulah gambaran skenario dan suasana yang terjadi saat dilakukannya drill atau simulasi penyelamatan diri dari bencana gempa dan tsunami yang diikuti oleh 235 siswa-siswi dan dibantu oleh 20 guru lain dari SD di Meulaboh.
Simulasi ini adalah implementasi dari standard operational procedure (SOP) atau prosedur operasional standar “ramah anak” yang telah dirumuskan dan dikembangkan oleh para siswa SD.
Hal inilah yang membuat SOP dan simulasi ini berbeda dengan SOP bencana lain yang pernah ada. Karena mulai dari proses penyusunananya, pemetaan lokasi, hingga jalur evakuasi dilakukan oleh anak-anak sendiri dan berlangsung partisipatif. Sedangkan guru hanya memfasilitasi dan mengawasi proses tersebut agar dapat berjalan dengan baik.
“Ini merupakan salah satu program kita dalam menumbuhkembangkan kesiapsiagaan masyarakat khususnya anak-anak dalam menghadapi bencana seperti gempa dan tsunami,” papar Fahmi Yunus, National Project Coordinator DRR-A, UNDP.
Katanya, tidak hanya di Aceh Barat, simulasi seperti ini juga dilakukan secara serentak di empat kabupaten lain, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan. Tidak hanya jenis bencana gempa dan tsunami, SOP ini juga membahas petunjuk standar untuk jenis bencana lainnya seperti banjir, gunung api, longsor, tergantung potensi bencana yang sering terjadi di daerah-daerah tersebut.
“Jadi, simulasi ini dilakukan untuk jenis bencana yang berbeda tergantung potensi dan kerawanannya serta memperhatikan konteks lokal daerah masing-masing,” tambah Fahmi Yunus.
Aceh Barat merupakan salah satu wilayah yang mengalami kehancuran saat diterpa bencana tsunami tahun 2004 lalu dan menimbulkan banyak korban jiwa. Untuk itu, kabupaten ini termasuk salah satu daerah yang masyarakatnya perlu diberikan pemahaman secara terus menerus tentang kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana.
“Kami sangat senang dan berterimakasih karena kegiatan simulasi ini dilakukan di sekolah kami. Praktik-praktik seperti ini pasti akan sangat berguna bagi para siswa,” kata Bu Nurliana Kepala Sekolah SD 3 Meulaboh.
Simulasi ini merupakan salah satu kegiatan DRR-A, UNDP dengan dukungan pendanaan dari Multi Donor Fund guna membangun budaya keselamatan di tingkat sekolah. Selain pihak sekolah, kegiatan ini juga melibatkan instansi lain seperti BPPD, Dinas Pendidikan, dan PMI setempat. [Release]