Ramos Horta Ikut Pemilihan Presiden Timor Leste

Harlan

Dili – Presiden Timor Leste Ramos-Horta akan berusaha untuk masa jabatan keduanya dalam pemilu Maret, kata kantornya, Selasa, saat negara itu menyelenggarakan pemilu untuk pertama kali sejak usaha pembunuhan terhadap dia.

Pemilu itu, kedua setelah Timor Leste merdeka, diselenggarakan pada saat memperingati 10 tahun kemerdekaan dan kekhawatiran muncul bahwa stabilitas negara yang kaya minyak itu dapat diuji.

Sekitar 10 kandidat presiden akan ikut bertarung termasuk dari oposisi Francisco “Lu Olo” Guterres dan mantan panglima angkatan bersenjata Mayjen Taur Matar Ruak.

Orang-orang dalam mengatakan pemilu itu akan menjadi pertarungan tiga kandidat Ramos Horta, 63 tahun , Lu Olo dan Ruak.

Negara itu umumnya tenang sejak tahun 2006, ketika kerusuhan dan konflik kelompok membawa negara itu nyaris ke perang saudara, tetapi ada aksi kekerasan dalam pemilihan anggota parlemen tahun 2007 dan Februari 2008, Ramos Horta jadi sasaran pembunuhan.

“Jose Ramos Horta peraih hadiah Nobel Perdamaian hari ini ia ikut mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Timor Leste 17 Maret,” kata laman internet presiden itu.

Timor Timur memperoleh kemerdekaan resmi tahun 2002, tiga tahun setelah menyelenggarakan referendum dukungan PBB yang mendukung pemisahan diri dari Indonesia.

Pemilu itu diselenggarakan saat pasukan perdamaian PBB, yang digelar di Timor Leste sejak pemungutan suara bagi kemerdekaan, bersiap-siap akan meninggalkan negara itu.

Pada tahun 2007, ia mencalonkan diri dari kelompok independen tetapi mendapat dukungan dari Perdana Menteri Xanana Gusmao dan Partai Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Timur (CNRT) yang dipimpinnya, Ramos Horta mengalahkan Lu Olo dalam pemungutan suara putaran kedua.

Tetapi orang-orang dalam mengatakan Ruak,sahabat dekat dan sekutu lama Gusmao, dapat memecah belah suara partai oposisi Fretelin bersama dengan Lu Olo.

Mereka mengatakan Ruak mungkin juga memperoleh dukungan dari CNRT jika Gusmao mengubah dukungannya dari Ramos Horta.

Ramos Horta, yang memperoleh hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996 atas perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan negeri itu, tahun lalu berulang-ulang membantah ia akan ikut mencalonkan diri kembali untuk jabatan presiden.

Laman internetnya mengatakan keinginannya untuk ikut mencalonkan diri itu terjadi setelah para pendukungnya dalam satu rapat di Dili, Senin mengajukan satu petisi yang ditandatangani 120.00 orang mendesak dia ikut mencalonkan diri bagi masa jabatan kedua.

Septembar lalu Ramos Horta mengatakan diharapkan dalam pemilu itu tidak terjadi kembali kekacauan dan aksi kekerasan seperti masa lalu,dan menegaskan semua pihak berjanji bagi pemilu yang jujur dan adil dan akan menerima secara damai hasil-hasilnya.

Pemilu itu akan berlangsung dalam dua putaran. Jika tidak ada kandidat meraih kemenangan mayoritas, pemilihan putaran kedua akan diikuti dua kandidat akan diselenggarakan April.

Negara pulau berpenduduk 1,1 juta jiwa itu adalah salah satu dari negara-negara terbaru dan termiskin di dunia.

Di bawah Presiden Ramos Horta beberapa kemajuan dicapai dalam penanggulangan kemiskinan, dan memiliki daerah-daerah luas minyak dan gas lepas pantai di Laut Timor untuk membangun kembali ekonomi.

Didukung oleh ekspor minyak yang kuat, Timor Leste kini mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat. Rakyat Timor Leste telah mengambil tindakan penting untuk menangani pendapatan minyak lepas pantainya mereka untuk masa depan,” kata Bank Dunia dalam satu laporan tahun lalu.

IMF (Dana Moneter Internasional) menyebut Timor Leste “negara yang paling tergantung pada minyak di dunia”, dengan pendapatan minyak lebih dari sekitar 90 persen dari pendapatan pemeritah.

PBB menyerahkan tanggung jawab kebijakan kepada polisi lokal tahun lalu, kendatipun masih ada lebih dari 1.000 polisi PBB di Timor Leste dan ratusan tentara pimpinan Australia berdasarkan satu mandat keamanan terpisah. [Ant]