Italia Menghemat Penggunaan Gas

Harlan

Roma-Italia melakukan langkah darurat untuk menghemat pasokan gas, menyusul cuaca dingin yang terjadi di sejumlah negara Eropa.

Cuaca ekstrim menyebabkan impor pasokan gas berkurang dari Rusia.

Sejumlah langkah dilakukan, sebagai antisipasi berkurangnya pasokan gas impor dari Rusia ke Italia, padahal di dalam negeri permintaan meningkat. Rusia merupakan salah satu importir gas utama bagi sejumlah negara Eropa termasuk Italia.

Sejumlah pembangkit listrik akan beralih menggunakan bahan bakar minyak dan pasokan gas untuk beberapa industri akan dikurangi, agar penduduk cukup mendapatkan gas untuk pemanas ruangan.

Pejabat Uni Eropa membantah terjadi situasi darurat karena berkurangnya pasokan gas dari Rusia.

Perusahaan besar pengekspor gas Rusia – yang memasok sekitar seperempat gas alam ke Eropa – menghadapi peningkatan permintaan gas dari pasar domestik karena cuaca ekstrim.

Menteri Perindustrian Italia Corrado Passera menggambarkan situasi kritis yang akan di bicarakan oleh pejabat pemerintah dan industri dalam pertemuan di Roma. Pembicaraan lanjutan akan dilakukan Selasa (7/2) ini.

Setidaknya 24 orang tewas akibat suhu dingin yang mencapai – 10 derajat celcius di Milan dan salju tebal menutup koloseum Roma.

Hemat Gas

Cuaca ekstrim menyebabkan impor pasokan gas berkurang dari Rusia.

Senin lalu, pemerintah memastikan kepada masyarakat bahwa rumah mereka akan tetap ‘hangat’, seperti disampaikan oleh wakil menteri pembangunan ekonomi Claudio De Vincenti.

Bagaimanapun, pemasok energi Italia Eni mendesak konsumen gas pribadi untuk sebisa mungkin mengurangi pemakaian energi.

“Ini merupakan kondisi yang sulit,” kata juru bicaranya, Gianni di Giovanni.

Kepala eksekutif Eni, Paolo Scaroni mengatakan: “Kami dalam (situasi) darurat dan kami merespon situasi darurat ini dengan meningkatkan gas impor dari Aljazair dan Eropa Utara melalui Swiss.

“Kami tidak akan punya masalah sampai Rabu,” kata dia kepada news channel Radio 24.

Italia mengimpor sekitar 90% kebutuhan gas dan 30% diantaranya berasal dari Rusia.

Sementara itu, cuaca ekstrim di Eropa menyebabkan lebih dari 200 orang meninggal. Sebagian besar korban adalah tuna wisma di Ukraina dan Polandia.

Meningkatkan kebutuhan gas ini menyebabkan harga meningkat 24% di Inggris.[bbc]