Merindukan Kepemimpinan “Umar RA” di Aceh

Harlan

Oleh : Mukhlisuddin Marzuki*

“Aku tidur siang, sayang ummat tidak terlayani, Aku tidur di malam hari, sayang ibadat harus aku tinggalkan” (Nukilan Kata Umar RA)

Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah pengganti Rasulullah SAW beliau adalah seorang sahabat yang diberikan gelar dengan Amir al-Mukminin (Pemimpin ummat Islam), pemberian gelar demikian tidak luput dari kemampuan dan tatacara beliau dalam memimpin sekaligus menjadi “pelayan ummat”, Itulah Umar bin Khattab, Khalifah kedua setelah Rasulullah tiada yang sangat terkenal jiwa kepemimpinannya serta ibadahnya.

Alkisah disebutkan, bahwa Umar bin Khattab melayani rakyat tanpa membatasi dan membeda-bedakan antar satu dan lainnya, tak dibedakan antara si kaya dan si miskin, semua sama di pandangan Umar, bahkan anaknya sendiri disaat membuat suatu kesalahan maka hukuman akan ditegakkan. Umar melayani ummat sepenuh hati mulai pagi hingga malam menjelang, dan di saat malam beliau habiskan untuk beribadah kepada Tuhan, tidak ada waktu cuti atau santai bagi Umar, semua waktu disediakan untuk melayani ummat dan beribadah kepada Allah.

Dewasa ini semua ummat mengidamkan sosok Khalifah Umar kembali hadir di tengah umat, sebagai pemersatu dan pengayom ummat, yang berani mengakkan kebenaran tanpa ada perbedaan, yang siap menjalankan tugas melayani ummat tanpa dibatasi waktu dan ruang, dan siap menjalankan segala putusan tanpa harus ada yang bayar dengan uang, semua dilakukan untuk kepuasan ummat dan keridhaan Tuhan.

Aceh, sebagai satu kerajaan yang mayoritas Muslim tempo duu  tentunya telah pernah merasakan hadirnya “Sosok Umar”  sebagai pemimpin ummat dikala Sultan Iskandar Muda menjadi pemimpin  negeri ini, Masyarakat Aceh merasakan pelayanan dari seorang Pemimpin (sultan) yang penuh wibawa serta melayani dengan sepenuh hati, bahkan Masyarakat Aceh di kala itu hidup dengan rukun, damai, makmur dan sejahtera. Bahkan Ibnu Khaldun menceritakannya dalam “Muqaddimah” dalam catatan perjalanannya ke Aceh, Aceh adalah sebagai “Baldatun Tahyyibatun Wa Rabbul Ghafur”.

Sungguh luar biasa, seandainya “sosok Umar” kembali hadir di Aceh, apalagi menjelang Pemilukada 2012, pada April 2012 semua masyarakat Aceh akan memilih pemimpin negeri (Gubernur/Bupati/Walikota) yang akan memegang tamuk kekuasaan hingga 5 Tahun ke depan, akan mengayomi ummat dan melayani segala urusan ummat hingga tahun 2017, idealnya seperti “sosok Umar ibn Khattab” adalah yang ideal sebagai pemimpin Aceh sekarang.

Pemimpin yang siap melayani masyarakat Aceh tanpa ada perbedaan golongan, ras, suku, agama serta partai pengusungnya. Tetapi menjadikan warga masyarakat Aceh sebagai satu kesatuan yang tidak perlu dibedakan dan pemimpin yang mengenal Tuhan sebagai pemberi kehendak sehingga dia senantiasa beribadah kepada Allah sang pencipta.

Sebagai cerminan, sekarang ini menurut penulis, “Sosok Umar” hadir dalam kepemimpinan di Negeri Kelantan Malaysia, di mana negeri itu dipimpin oleh seorang tuan Guru yang bernama Syeh Tok Guru Nik Aziz  Nik Mat, dia adalah sebagai Menteri Besar Negeri Kelantan setingkat gubernur kalau di Aceh. Nik Aziz memiliki jiwa kepemimpinan dan pelayanan Ummat yang sangat bagus, dia selalu menghabiskan waktunya untuk melayani umat hanya satu keinginan, Ummat bahagia Allah ridha.

Nik Aziz, sebagai seorang Pemimpin dia telah menjadi suri teladan dan panutan bagi warga Kelantan khususnya dan ummat Islam pada umumnya. Semua warga menyanjungnya dan mendengarkan titahnya dan ini tentunya karena dia siap sedia melayani ummatnya. Dengan hanya tinggal di rumahnya yang sangat sederhana di belakang Mesjid di Pulau Melaka Kelantan, dia memimpin ummatnya setiap saat, bahkan untuk ibadat sembahyangpun, dia sempatkan waktu menjadi Imam sembahyang di mesjid  yang mana masyarakat akan menjadi makmum di Mesjid itu.

Dalam satu lawatan penulis pada 28 Februari 2012 ke Rumah Nik Aziz, penulis melihat keakraban dia dengan masyarakat tidak dibatasi semua orang berhak menjumpainya, semua orang berhak menyampaikan keluh kesah dengannya, semua didengarnya, tidak perlu ada protokoler untuk menjumpainya, cukup hanya dengan menyempatkan shalat berjamaah di Mesjid, semua orang akan menjumpainya.

Menurut penuturan warga di Kelantan, Mesjid tersebut selalu penuh terutama Malam jum’at hingga selesai shalat Jumat, mereka akan mengikuti pengajian yang diasuh oleh Gubenur Kelantan itu, kemudian setelah pengajian akan dilanjutkan dengan sembahyang, zikir dan doa bersama yang juga dipimpin oleh sang Gubernur.

Kemudian, setiap pagi jumat Nik Aziz juga melayani ummat untuk menyelesaikan segala urusan yang harus ditanganinya, mulai dari urusan tanah, rumah tangga, hingga segala hal yang menyangkut dengan hukum  semua akan diputuskannnya. Dan semua masyarakat Kelantan pada umumnya merasakan Nik Aziz adalah sebagai sosok Umar yang hadir di sana yang siap menjadi masyarakat sebagai raja untuk dilayaninya.

Bagaimana dengan Aceh? Itulah pertanyan besar yang timbul sekarang, tentunya Aceh yang juga bergelar Serambi Mekkah-nya Indonesia yang sama dengan Kelantan sebagai Serambi Mekkahnya Malaysia dan memiliki hubungan kultur dan peradaban yang sangat erat antara Aceh dan Kelantan, tentunya juga mengidamkan sosok ini juga hadir di Aceh, yaitu sosok Umar yang akan siap menjadikan warga masyarakat sebagai orang yang perlu diberikan pelayanan tanpa memebeda-bedakan. Semoga saja Provinsi Aceh di Pemilukada 2012 mendatang akan lahir sosok pemimpin yang diidamkan masyarakat, sosok pemimpin yang disayangi oleh ummat dan disegani oleh lawan politinya., Semoga!

Kelantan, 29 Febuari 2012

*Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aziziyah Samalanga dan Penyuluh Agama Islam di Kantor Kementerian Agama Kab. Pidie Jaya. Sekarang penulis juga sedang menyelesaikan Program Pasca Sarjana (PPS) IAIN Sumatera Utara.