Banda Aceh-Kepolisian Daerah Aceh telah menyita tujuh belas senjata api menjelang berakhirnya Operasi Kilat Rencong 2012 pada hari Minggu (11/03).
Selain menyita 17 senjata api, mereka juga menangkap dua orang yang dicurigai memiliki senjata api ilegal selama operasi itu berlangsung sejak 21 Februari lalu.
“Di Aceh Timur kami mendapatkan senjata panjang dan amunisinya sementara pelakunya melarikan diri sedang di Bireun kami mendapatkan dua pelaku dan dua senjata api,” kata Kepala Divisi Humas Polda Aceh, Kombes Gustav Leo kepada Wartawan BBC Indonesia, Andreas Nugroho.
Gustav mengatakan polisi juga telah menyita sejumlah bom, granat dan senjata api di Pidie.
Operasi Kilat Rencong sebelumnya diarahkan pada enam wilayah yaitu Aceh Timur, Aceh Utara, Bireun, Lhokseumawe, Pidie dan Aceh Besar.
Keenam wilayah ini pernah menjadi basis tentara Gerakan Aceh Merdeka saat masih terjadi konflik di Aceh.
Tahun lalu kepolisian Aceh juga pernah melakukan operasi serupa dan menjaring sekitar 43 senjata api, puluhan granat tangan dan sekitar 7.000 ribu butir peluru aktif.
Gustav mengatakan meski operasi ini telah berakhir namun dia mengatakan penjagaan secara khusus masih dilakukan terhadap keenam wilayah tersebut.
“Kemungkinan dilakukan kegiatan rutin yang akan ditingkatkan karena ini sesuai dengan perintah kapolda,” kata Gustav.
Peningkatan keamanan dilakukan karena pada hari Kamis (08/03) atau tiga hari menjelang berakhirnya operasi keamanan terjadi aksi penembakan terhadap Ketua DPR Kabupaten Lhokseumawe, Saifuddin Yunus.
Polisi Kesulitan
Gustav menjelaskan sampai saat ini polisi masih berupaya mengungkap motif dan pelaku dibalik aksi penembakan di Lhokseumawe.
“Sampai sekarang kami masih mencari proyektil yang ditembakan oleh orang yang tidak dikenal ini kepada Ketua DPRK Lhokseumawe Saifuddin Yunus di kendaraan dan ditempat lain masih belum ditemukan,” kata Gustav.
Untuk mengungkap kasus ini polisi menurut Gustav telah memeriksa lima saksi.
Soal latar belakang aksi penembakan itu polisi masih membuka semua kemungkinan termasuk latar belakang politik.
“Bisa politis, bisa persoalan pribadi atau apa pun ini masih kita analisa dari analisa itu nanti kita bisa gali siapa pelakunya kan tidak mungkin orang menembak tanpa tahu sasarannya.”
Korban sendiri kata Gustav juga belum sempat dimintai keterangan dan masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Saifuddin adalah politisi Partai Aceh yang merupakan penjelmaan Gerakan Aceh Merdeka, GAM, usai kesepakatan damai Helsinki, Agustus 2005 lalu.
Kasus ini juga menambah daftar panjang kasus serangan bersenjata di Aceh sejak Desember tahun lalu yang telah menewaskan setidaknya hingga 9 orang.
Meski masih gelap motif pelaku penembakan ini namun pemerintah pusat sempat mengatakan sejumlah serangan itu terkait dengan Pilkada Aceh yang akan berlangsung 9 April mendatang.[bbc]