Begini Bunyi Mantera Makan Kaca

Harlan

Aksi berbahaya makan kaca ini biasanya dilakukan tukang sulap atau orang yang punya ilmu sihir. Tapi, kali ini beda, anak sekolah dasar ikut-ikutan memakan pecahan kaca berbekal mantera makan kaca dari guru bahasa.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah 21 murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Blangpegayong menderita sakit setelah makan kaca. Mereka kemudian harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gayo Lues. Hingga kini murid-murid tersebut masih mengeluh sakit di perut.

Suparman, warga Desa Kutebukit, salah satu wali murid yang anaknya ikut memakan kaca, Senin (28/1 1/2016) malam, menuturkan dirinya mengetahui anaknya, Angga, memakan kaca setelah mengeluh sakit di bagian perutnya usai pulang sekolah pada Sabtu, 26 November 2016. “Saat saya tanya Angga kenapa sakit perut, dia mengaku telah memakan kaca bersama teman-temannya di sekolah,” ceritanya.

Mendengar itu, Suparman mencoba cari tahu kronologis kejadiannya. Ternyata yang memakan kaca bukan anaknya saja, tapi ada 17 anak warga desa Kutebukit dan 4 anak warga desa Bener. Setelah mengetahui itu beberapa wali murid kemudian membawa anaknya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gayo Lues.

“Saat saya tanya kenapa dimakan kaca, anak saya bilang, saat sedang belajar di sekolah ada temannya bercerita tentang seorang anak warga Desa Cinta Maju bisa memakan kaca, dan tidak terjadi apa-apa dengan anak itu,” ungkapnya.

Dikutip dari Teropong Aceh, saat cerita anak itulah, guru Bahasa Indonesia yang sedang mengajar tentang mengarang ikut menimpali seraya menasehati anak-anak didiknya tidak boleh sembarangan memakan kaca sebelum mengetahui manteranya, yaitu mantera makan kaca.

“Kemudian, kata anak saya gurunya menjelaskan bahwa nanti kalau siswa sudah besar dan ingin melanjutkan sekolah atau merantau tidak punya uang, bisa saja memakan kaca di depan orang, dan orang-orang akan memberikan uang, tapi baca dulu doanya sebelum memakan,” katanya menceritakan apa yang dikatakan anaknya.

Merasa penasaran, para siswa pun mendengarkan dengan teliti apa yang dikatakan gurunya itu, sampai mantera memakan kaca pun diucapkan sang guru. Bahkan sebagian siswa bukan hanya mencatat dan menghapalnya, tapi langsung mencoba mantera tersebut.

Mantera yang diajarkan gurunya itu bunyinya, Bismillahirahmanirahim, asal ni kaca ari getah ni kayu, i doloten mujadi aih. (Bismillahirahmanirahim, asal kaca dari getah pohon, ketika ditelan menjadi air-red).

Hingga saat ini kata Suparman, dirinya masih berkumpul dengan wali murid lainya membicarakan persoalan tersebut. Sebagian wali murid mengaku masih ingin anaknya diobati dukun kampung, dan setelah itu baru melakukan mediasi dengan pihak sekolah bagaimana penyelesaiannya nanti.

“Kalau dari rumah sakit hanya bilang masih ada tanda kaca di dalam perut anak kami, tapi pihak medis tidak berani memastikan bahwa di dalam perut itu kaca, namun mereka menyarankan agar kami mengecek kotoran anak kami, kalau berdarah disarankan cepat-cepat bawa ke RSUD lagi, dan ini kami masih mengawasi dan melakukan pengobatan,” jelasnya.

Sementara Kapolres Gayo Lues AKBP Bhakti Ery Nurmanysah melalui Kasat Reskrim Iptu Eko Rendi Oktama mengaku sedang berada di RSUD mengecek apakah sudah semua siswa pulang atau belum. Stelah dirinya melihat daftar pasien, ternyata semua anak anak yang memakan kaca sudah diizinkan pulang.

“Untuk oknum guru bahasa Indonesia yang berinisial J itu sudah kita pulangkan ke rumahnya, kemarin diamankan untuk menghindari amukan wali murid saja, kan kita harus was-was,” katanya.

Untuk kasus tersebut, Kasat Reskrim mengaku tidak melakukan penyelidikan karena tidak ada wali murid yang melapor kasus mantera makan kaca ke Polisi, namun jika suatu saat nantinya dibutuhkan penyelidikan, oknum guru dan wali murid bisa segera dipanggil karena semuanya sudah diketahui identitasnya. [***]

Sumber: TEROPONGACEH.COM

Leave a Comment