SEORANG perempuan bertubuh mungil, terlihat lunglai saat memasuki kawasan cafee Rise Up, Darussalam, Banda Aceh. Wajahnya terlihat kusut masam, namun tetap memaksakan senyum ketika melihat saya yang sudah menunggu di salah satu kursi jamuan.
Ia duduk tepat di depan saya. Tangannya sedikit gemetar ketika mengambil secarik foto dari dalam tas jinjingnya. Akan tetapi, sebelum foto itu diperlihatkan pada saya, seorang pelayan mendatanginya dan menanyakan menu yang akan dipesan. “Cappucino dingin,” ujar Ainas kepada pelayan tersebut.
Kemudian, setelah pelayan menyuguhi kami beberapa minuman dingin sesuai pesanan, Ayi (nama panggilan-red) mulai menceritakan duduk perkara mengenai abang sepupunya, Evendi (31) yang hilang.
“Sebetulnya bukan hilang, dia pergi dari rumah sejak tahun 2007 dan sampai sekarang belum pernah sekalipun pulang,” ungkapnya, sembari menutup wajah mungilnya.
Ainas menceritakan, ikhwal kepergian mendadak Evendi dari rumahnya di Cot Mancang, Blang Bintang, Aceh Besar medio empat tahun lalu itu, tidak diketahui penyebabnya. Baik orang rumah maupun kawan-kawan atau para tetangga. Sejak kepergian Evendi secara tiba-tiba tersebut, keluarganya sudah berusaha mencari namun tetap saja tidak bisa diketemukan.
“Pernah ada orang desa bilang, melihat bang Vendi di seputaran Keutapang kemudian pernah juga yang melihatnya di daerah Taman Sari, Banda Aceh. Tapi, waktu kami mendatangi tempat yang dikatakan mereka itu, kami tidak bisa menemukan Evendi,” kisah Ainas, masih murung namun berusaha terlihat tegar dengan sesekali mengumbar senyum pada saya.
Bahkan, cerita wanita yang kini berprofesi sebagai guru ini, Vendi sama sekali tak pulang hingga ayah kandungnya meninggal, akibat sakit mendadak, Selasa, 6 Desember 2011 kemarin. “Tidak ada yang tahu dia dimana, sehingga kami pun tidak bisa memberikan kabar padanya,” keluh Ainas lagi, seraya meneguk cappucino dinginnya.
Keluarga inti Evendi, sekarang sudah pasrah. Mereka hanya menanti laki-laki berambut lurus dan dikenal sopan itu pulang. Saat ini, mereka tidak bisa mencari Evendi karena sedang berkabung. Di Aceh Besar, ketika ada orang meninggal maka pihak keluarga inti akan dikenakan hukum berdiam diri di rumah selama 44 hari. Karena itu, Ainas yang berperan sebagai pihak keluarga jauh, membantu Safarina, adik bungsu Evendi yang setiap hari menanyakan kabar kakak kandungnya tersebut.
“Kami sangat berharap, Evendi bisa pulang. Setidaknya melihat makam ayah dan adik bungsunya,” harap Ainas cemas.
Evendi merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Ayahnya bernama M. Djuned Bintang dan ibunya bernama Aisyah. Pemuda kelahiran 1 Juli 1980 ini merupakan sosok pendiam, sopan, rapi tapi juga dekat dengan semua orang (ramah). Sementara untuk ciri fisik, Ainas mengatakan Evendi berkulit putih, rambutnya lurus, tinggi sekitar 160-163 cm.
“Kabar terakhir dari orang yang pernah melihatnya, Evendi berada di sekitar Taman Sari, Banda Aceh. Siapapun yang melihatnya, tolong hubungi keluarganya ke nomor Safarina, adik bungsu Evendi di 085362710268 dan katakan padanya, ayahnya sudah meninggal selasa lalu,” pungkas Ainas, sembari menyodorkan foto untuk dipublish ke media, sebagai solusi terakhir menemukan Evendi.[Boy Nashruddin Agus]