Tasikmalaya – Dua bocah bersaudara warga Kampung Jebon Kalapa, Desa/Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, diketahui memiliki kebiasaan buruk suka makan abu rokok.
Bapak kandung dua anak tersebut, Asep Saefuloh (30) mengatakan, anaknya bernama Gladis Fransisca (3) dan Faisal Aichal (4) selain memiliki kebiasaan makan abu rokok, diketaui suka makan pecahan genting, pentul korek api dan cat tembok kering di dinding rumah yang terkelupas.
Bahkan, kata Asep diketahui kedua anaknya itu sering berebutan makanan yang seharusnya tidak dimakan, apabila dilarang keduanya menangis dan sulit dihentikan.
“Saya juga tidak tahu kenapa anak saya suka makan, abu rokok, bahkan genting, korek api dan cat tembok kering juga suka dimakan, kalau dilarang justru menangis,” kata Asep dibenarkan istrinya Ani Hidayat (31).
Kebiasaan yang dialami kedua anak tersebut, Asep menduga ketika anaknya pada usia satu tahunan sering bermain dan mengambil barang-barang disekitarnya.
Termasuk asbak rokok, korek api, genting bahkan cat tembok rumah yang mengelupas, kata Asep kedua anaknya itu suka memasukan ke dalam mulutnya kemudian memakannya.
Namun ketika mengetahui kedua anaknya memakan barang tersebut, Asep maupun istri dan saudara-saudaranya selalu melarang agar tidak dimakan.
Kebiasaan memakan empat jenis tersebut kemudian beberapa kali dilarangnya hingga terus berlangsung sampai sekarang, namun selama itu tidak menimbulkan sakit atau gangguan kesehatan lainnya.
“Meskipun sering memakan abu rokok maupun cat tembok, kedua anak saya terlihat baik-baik saja, berat badannya juga normal,” katanya.
Namun kekhawatiran akan mengganggu kesehatan kedua anak tersebut, Asep dan istrinya berusaha menyingkirkan barang-barang yang suka dimakan disekitar maupun dalam rumah.
Tindakan yang dilakukan orang tuanya itu justru kedua anaknya menangis dan terus meminta agar barang-barang yang senang dimakannya itu disediakan.
Apabila tidak disediakan oleh orang tuanya, kedua anak tersebut mencarinya sendiri di luar rumah, setelah menemukan dengan lahap memakannya seperti makanan biasa pada umumnya.
“Justru kalau tidak dikasih anak saya itu terlihat lemah, terkadang saya juga menuruti kemauan anak saya untuk memakan barang-barang itu, meskipun khawatir takut sakit,” kata Asep. [Antara]