Qaid Arkana

Facebook Hapus Foto Profil Tips Aborsi

Amsterdam – Situs jejaring sosial Facebook untuk sementara menghapus foto profil Rebecca Gomperts, pendiri Women on Waves, organisasi pro aborsi Belanda. Foto profilnya berupa teks mengenai tips melakukan aborsi sendiri menggunakan obat-obatan.

Screenshoot halam women and wave

Rebecca Gomperts terkejut ketika mendapat pemberitahuan dari Facebook. Profil fotonya dihapus karena dianggap bertentangan dengan aturan penggunaan situs jejaring sosial tersebut.

Namun Gomperts telah menerima sebuah surat permohonan maaf dari Facebook. Penghapusan profil fotonya merupakan sebuah kesalahan dan kini ia boleh memasang kembali foto tersebut. Gomperts menduga hal ini didorong oleh banyaknya protes dan publikasi media terkait penghapusan foto profilnya.

Aborsi aman

Rebecca Gomperts adalah seorang dokter Belanda. Di awal tahun 1990-an ia berlayar ke Irlandia, Polandia dan Portugal dengan kapal yang dilengkapi peralatan medis di mana Women on Waves melakukan aborsi legal.

“Sebenarnya foto profil itu adalah stiker yang kami desain dengan informasi mengenai aborsi. Dengan begitu, kaum perempuan bisa melakukan sendiri aborsi yang aman menggunakan obat bernama Misoprostol. Teksnya pun berdasarkan informasi dan penelitian yang dilakukan oleh WHO. Jadi, ini sangatlah aman,” jelas Gomperts.

Dua belas tablet
Dalam teks berbahasa Inggris disebutkan bahwa kaum perempuan bisa melakukan aborsi yang aman dengan membeli dua belas tablet Misoprostol di apotek. Mereka juga disarankan untuk mengatakan kepada sang apoteker bahwa tablet Misoprostol ini dibeli “untuk nenek yang sakit Arthritis.”

Setelah mengkonsumsi obat dengan interval beberapa jam, maka sepuluh jam kemudian dapat muncul gejala kram, diare dan pendarahan. Kemudian, kehamilan pun berakhir. Jika terjadi demam dan merasakan sakit yang berat, dalam teks tersebut disarankan untuk menghubungi dokter dan mengatakan bahwa anda mengalami keguguran.

Sulit
Sejak 1999 Women on Waves menggalakkan diskusi mengenai aborsi. Menurut mereka, aksi penurunan profil foto oleh Facebook ini bertentangan dengan artikel 19 Pernyataan Umum tentang Hak Asasi Manusia, yaitu hak atas kebebasan memperoleh informasi serta Konvensi Eropa atas Hak Asasi Manusia.

Namun menurut Quinten Kroes, pakar undang-undang media dan hak privasi, tuntutan ini tidak akan berhasil.

Kroes mengatakan, sebenarnya Women on Waves menitikberatkan undang-undang dasar klasik seperti kebebasan berpendapat. Undang-undang tersebut pun dikeluarkan atas campur tangan pemerintah. Karena itu maka hal ini menjadi sulit.

Facebook menghapus foto bukan atas dorongan pihak lain, namun lebih atas inisiatif sendiri. Dalam hal ini, Facebook juga bisa mengatakan, pihaknya juga memiliki kebebasan berpendapat dalam soal menghapus foto.

Facebook juga tidak bisa dipaksa untuk menyebarkan pemikiran yang bukan termasuk visi dan misi mereka.

Aturan penggunaan
Menurut Kroes, Facebook juga secara hukum boleh menghapus teks tersebut, karena memang ada aturan penggunaan yang jelas terkait hal ini. “Tidak diragukan lagi bahwa Facebook berhak menurunkan foto tersebut, karena bertentangan dengan norma tertentu atau karena diprotes oleh pengguna yang lain.”

Bukan yang pertama
Ini bukan yang pertama kalinya foto profil pengguna Facebook diturunkan karena dianggap tidak memenuhi persyaratan. Sebelumnya sudah ada foto-foto (setengah) bugil, karya seni yang memuat (terlalu banyak) pornografi dan foto homo berciuman.

“Menurut saya kondisi ini sangat mengkhawatirkan, karena terlalu banyak sensor di internet. Baik dari Google maupun Facebook. Kalau anda tidak tahu lagi apa yang sedang hangat dibicarakan, maka tidak mungkin bisa diadakan diskusi lagi. Kita harus bangkit bersama menentang hal ini,” tukas Gomperts.

Peraturan ketat
Menurut Kroes, satu-satunya cara menentang penurunan foto adalah dengan menghapus profil anda sebagai pengguna Facebook. Tentu saja Gomperts masih mempertimbangkan untuk berhenti menggunakan Facebook dan beralih ke situs pesaing Google+.

Di Google+ pun kini sedang ramai dibicarakan mengenai peraturan ketat mereka. MG Siegler, kolumnis Amerika, mengungkapkan kemarahannya setelah profil fotonya diturunkan karena ia mengacungkan jari tengahnya dalam foto tersebut.

Kini Amerika Serikat tengah diramaikan oleh pernyataan dukungan dari orang-orang yang ikut mengacungkan jari tengah di foto profil Google+ mereka.  [Ranesi.nl]