Banda Aceh – Juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat Mukhlis Abee menegaskan peristiwa teror granat yang terjadi di Banda Aceh dua hari ini bukan tindakan dan perbuatan dari anggota KPA.
“Tidak mungkin dari kalangan KPA, saya tau jika anggota saya yang melakukan itu,” katanya, Jumat (2/12).
Peristiwa teror granat yang pertama terjadi pada Selasa (29/11) di kantor “Seuramoe” tim sukses pasangan bakal calon gubernur/wakil gubernur Aceh Irwandi Yusuf-Muhyan Yunan, dan kedua terjadi di dekat wisma Lampriet, Kamis (1/12) malam.
Dua kejadian tersebut berada di Jalan protokol Daud Beureueh, Kawasan Lampriet.
Mukhlis menjelaskan, berdasarkan pantauan dari situasi lapangan yang dilakukan pihaknya atas dua kejadian pelemparan granat, adalah sesuatu hal yang mustahil jika itu dilakukan anggota KPA dan mantan anggota GAM.
“Kita sudah melihat ke lapangan, dan menurut kami itu pasti dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan terwujudnya perdamaian di Aceh,” katanya.
Menurutnya, dari peristiwa teror pelemparan granat yang dalam sepekan ini terjadi di Banda Aceh dimungkinkan adalah tindakan kontra intelijen, dan permainan pihak-pihak tertentu yang ingin memprovokasi masyarakat dan mengganggu keamananan dan ketenangan yang hari ini sudah dirasakan oleh masyarakat.
“Itu tindakan kontra intelijen, untuk memancing suasana agar terjadinya kepanikan dan keresahan di masyarakat,” tuturnya.
Ditambahkannya, secara politik sikap KPA sangat jelas bahwa tetap berkomitmen mendukung proses perdamaian di Aceh.
“Bahwa kemudian kejelasan sikap politik ini kami wujudkan dengan tidak mengikuti proses pelaksanaan pilkada Aceh, bukan berarti kami kalah dan takut bersaing, dan atas hal itu kemudian kami ingin mengusik kedamaian di Aceh. Itu, tidak,” ujarnya.
Disebutkan, secara politik pihaknya sudah menang, dan selama ini anggota KPA dan mantan GAM berdiam diri dan tidak melakukan tindakan apapun, karena patuh pada perjanjian MoU Helsinki, serta tidak ingin mengusik perdamaian yang hari ini sudah dirasakan oleh rakyat manfaatnya.
Untuk itu, Mukhlis Abee meminta kepada semua pihak, untuk tidak lagi merekayasa segala bentuk teror yang dapat merusak perdamaian, karena perdamaian yang hari ini terjadi di Aceh sangat mahal harganya.
“Kami juga meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tetap beraktivitas dan tidak mudah terpancing dengan isu-isu dan propaganda terkait dengan aksi teror yang sudah terjadi,” ujarnya.
“Hendaknya kita tidak mudah diadu domba terkait dengan aksi teror ini, Insya Allah kita percayakan saja kepada penegak hukum untuk mengungkap motif dan pelakunya,” katanya.[]
–Sumber ANTARA