Krisis Teluk, Iran Uji Coba Rudal

Harlan

Teheran – Angkatan Laut Iran berencana menguji rudal jarak jauhnya selama latihan di Teluk  menyusul ancaman yang disampaikan oleh Teheran untuk menutup jalur pelayaran jika Barat memberlakukan larangan impor minyak terhadap negara itu. Hal ini dikatakan oleh Mahmoud Mousavi, komandan senior Angkatan Laut Iran kepada stasiun televisi Press TV seperti yang dikutip dari kantor berita Al jazeera.

Selat Hormuz (net)

“Semua jenis rudal; ‘dari darat ke laut‘, ‘dari laut ke laut‘ dan ‘dari darat ke udara‘ akan diuji coba dalam beberapa hari ke depan“, kata Mousavi kepada kantor berita berbahasa inggris tersebut. Selain itu, kantor berita milik pemerintah Iran, IRNA, juga melaporkan bahwa Iran telah menguji coba rudal jarak jauh dan beberapa rudal lainnya pada Sabtu lalu.

Latihan perang angkatan laut Iran yang akan berlangsung selama 10 hari tersebut telah dimulai Sabtu (24/12) lalu yang bertepatan dengan meningkatkan ketegangan antara Iran dengan dunia barat terkait isu penutupan lalu lintas perdagangan di selat Hormuz oleh pemerintah Iran. Hal ini dipicu ancaman Uni Eropa untuk melarang impor minyak dari Iran yang sebelumnya telah dilakukan oleh Amerika Serikat.

 

Teheran mengatakan bahwa latihan militer di Teluk bertujuan untuk menunjukkan tekad Iran melawan serangan apapun yang akan dilakukan oleh musuh-musuh  mereka seperti Israel atau AS, yang berencana mengambil tindakan militer jika diplomasi gagal untuk menyelesaikan sengketa atas program nuklir Iran.

Sementara itu, Washington juga telah menyatakan keprihatinan terhadap progam rudal Teheran, termasuk Shahab-3, sebuah rudal balistik jarak jauh dengan jangkauan hingga 1.000 km, Ghadr-1 dengan jangkauan diperkirakan 1.600 km; dan Shahab-3 yang dikenal sebagai Sajjil -2 dengan jangkauan hingga 2.400 km. Selama latihan militer pada 2009, Iran menguji-tembak rudal Shahab-3 yang disebut-sebut mampu mencapai Israel dan pangkalan AS di Timur Tengah.

Krisis baru di Teluk dimulai setelah Wakil Presiden Iran, Reza Rahimi, selasa lalu mengancam untuk menghentikan aliran minyak melalui Selat Hormuz di Teluk jika negara itu mendapat embargo minyak terutama dari negara Uni Eropa terkait program nuklirnya. “Tidak akan ada setetes minyak pun yang akan melewati selat ini jika embargo itu jadi terlaksana”, ujarnya. Amerika Serikat sendiri telah memperingatkan bahwa penutupan selat itu tidak akan ditolerir, yang dijawab oleh Teheran dengan menggelar latihan angkatan lautnya di selat tersebut.

Harga minyak dunia akan naik

Sementara itu, krisis baru di Selat Hormuz ini menimbulkan spekulasi akan terjadinya kenaikan harga minyak dunia. Menteri Perminyakan Iran, Rostam Qasemi mengatakan bahwa harga minyak mentah akan meningkat secara dramatis menjadi lebih dari 200 Dolar Amerika Serikat per barel jika sanksi asing jadi dikenakan pada ekspor minyak Iran, tulis mingguan Aseman pada hari Sabtu lalu.

Badan Informasi Energi Amerika Serikat menyebutkan dua puluh persen atau seperlima dari minyak dunia bergerak melalui Selat Hormuz, di pintu masuk Teluk. Hal tersebut menjadikan selat ini menjadi pintu masuk paling penting terhadap perdagangan global terutama lalu lintas minyak mentah. Sekitar 14 kapal tanker melewati selat sempit ini dengan membawa 17 juta barel total minyak mentah per hari. Secara keseluruhan, 35 persen dari semua minyak yang diangkut melalui jalur laut pada tahun ini transit di selat tersebut. (muh/reuters, afp dan aljazeera)