Qaid Arkana

Libya akan Rekrut Mantan Pemberontak

Tripoli-Pemerintah peralihan Libya mengungkapkan rencana baru untuk merangkul ribuan mantan petempur pemberontak ke dalam angkatan bersenjata Libya.

Pemerintah Libya mengatakan semua mantan petempur yang membantu menggulingkan mendiang pemimpin Libya Kolonel Gaddafi mulai bulan depan akan diminta untuk mendaftarkan diri bila mereka tertarik bergabung ke dalam pasukan keamanan nasional.

“Rencana yang telah disetujui memberikan banyak pilihan bagi berbagai petempur revolusi dan tergantung pada hal yang disebut sebagai survei kategori dasar dan kepribadian terhadap para calon,” kata Menteri Tenaga Kerja Ahmed Saffar dalam jumpa pers di Tripoli hari Minggu malam (25/12).

Skema baru ini akan diterapkan mulai bulan depan.

Menteri Dalam Negeri Fawzi Abdelali mengatakan pemerintah telah menetapkan jenjang gaji dan rencana promosi bagi mereka yang berhasil direkrut.

“Setelah mereka bergabung, kami akan mengeluarkan laporan komisi keamanan untuk mengevaluasi kinerja mereka dan akan merekrut mereka untuk bergabung ke dalam Kementerian Dalam Negeri sebagai tentara, perwira dan mereka akan mengikuti program pelatihan sesuai dengan kualifikasi mereka,” kata menteri dalam negeri.

Aksi balasan

Fawzi Abdelali menekankan program perekrutan mantan pejuang pemberontak bukan merupakan bentuk penghargaan atas usaha mereka selama ini.

“Ada banyak kekosongan di Kementerian Dalam Negeri dan kebutuhan itu tidak bisa dipenuhi tanpa melibatkan mereka,” katanya seperti dikutip kantor berita AFP.

Sementara itu Menteri Pertahanan Osama Juwaili mengatakan fokus utama program ini adalah untuk menempatkan mantan petempur di wilayah perbatasan sebagai pasukan penjaga perbatasan.

Ribuan warga sipil meninggalkan pekerjaan atau studi mereka untuk bertempur ketika pecah pergolakan menentang rezim Gaddafi.

Namun sejak berakhirnya perlawanan akhir Agustus lalu, beberapa kelompok milisi dituduh melakukan pertempuran dan melancarkan aksi balasan terhadap kelompok-kelompok yang setia kepada Gaddafi.

Sebagian dari mereka dilaporkan menguasai beberapa wilayah ibukota Tripoli.[]