Banda Aceh– Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Gayo, berunjuk rasa di gedung DPRA guna memprotes kegagalan lembaga legislatif tersebut dalam menjalankan fungsinya, Selasa (20/12). Dalam aksi di pintu masuk gedung dewan tersebut mereka mengusung spanduk bertuliskan “DPRA gagal total” serta membawa replika keranda jenazah dan membakarnya sebagai bentuk kekecewaan bahwa DPRA telah mati.
Herman, koordinator aksi, dalam orasinya menyatakan, anggota dewan terhormat tersebut melupakan tugas pengawasannya guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.
“Namun, selama ini, seluruh anggota DPRA tidak menjalankan tugasnya, mengawasi pembangunan di kawasan Gayo, sebagai wujud kepedulian terhadap rakyat,” ketusnya.
Salah satu contohnya, kata dia, pembangunan ruas Jalan Cot Panglima, yang merupakan akses menuju sejumlah kabupaten di dataran tinggi Gayo, Provinsi Aceh.
Namun, lanjut dia, pembangunan dibiarkan begitu saja, sehingga banyak rakyat di dataran tinggi Gayo, meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, maupun Kabupaten Aceh Tenggara dan Gayo Lues hidup di garis kemiskinan.
“Jika tidak mampu mengemban amanah rakyat, mengundurkan diri saja dari anggota DPRA. Anggota DPRA sekarang ini hanya menghambur-hamburkan uang,” tandas Herman.
Waladan Yoga, penanggung jawab aksi, menyatakan hampir 2,5 tahun anggota DPRA menduduki jabatannya. Dengan gagah mereka mengklaim sebagai wakil rakyat serta menerima berbagai fasilitas dari uang rakyat.
“Kenyataannya, mereka hanya sibuk mengurusi pilkada, sementara urusan lainnya yang lebih penting diabaikan. Karena itu, kami kemari untuk mengetuk DPRA agar mengurusi rakyat, tidak mementingkan urusan individu atau kelompok,” katanya.
Ketua DPRA Hasbi Abdullah didampingi Wakil Ketua DPRA Amir Helmi yang menjumpai mahasiswa menyambut baik unjuk rasa tersebut sebagai bentuk kritik terhadap kinerja legislatif.
“Selama ini, tugas pengawasan terhadap pembangunan tetap kami lakukan. Pengawasan itu dilakukan tim-tim yang dibentuk. Jadi, tidak benar DPRA tidak bekerja,” katanya.
Menyangkut pembangunan Jalan Cot Panglima, Hasbi Abdullah berjanji akan meninjau langsung sejauh mana realisasi penyelesaian proyek tersebut.
“Kalau belum tuntas, akan kita desak agar eksekutif Pemerintah Aceh segera menuntaskannya. Jalan tersebut merupakan penghubung ke dataran tinggi Gayo,” ujarnya.
Usai mendengarkan pernyataan tersebut, pengunjuk rasa memberikan selembar kertas berisi penilaian mereka terhadap kinerja DPRA selama ini. Setelah menerima kertas tersebut, dua pimpinan dewan itu meninggalkan para pengunjuk rasa. Sementara, mahasiswa bertahan di tempat itu seraya duduk bersila di pintu masuk gedung dewan tersebut. Aksi mahasiswa itu mendapat pengawalan ketat 20-an personel Polresta Banda Aceh.[Antara]