Mogadishu– Pasukan Ethiopia dan Somalia merebut satu kota penting Somalia, Sabtu setelah bertempur melawan milisi Islam di pinggiran kota itu,yang menewaskan setidaknya 18 orang,kata para saksi mata.
Kehilangan kota Beledweyne merupakan satu pukulan pada kelompok gerilyawan Al Shabaab yang menguasai daerah-daerah luas Somalia selatan tetapi masih menghadapi tekanan yang meningkat dari pasukan pemerintah dan tentara regional.
Tetapi kelompok garis keras Al Shabaab membantah kalah di Beledweyne, satu kota strategis sekitar 30km dari perbatasan Ethiopia di daerah Hiran, Somalia tengah.
“Pertempuran dimulai pagi ini setelah pasukan kami yang didukung militer Ethiopia menyerang posisi-posisi musuh di pinggiran Beledweyne,” kata pejabat pemerintah Somalia Bare Abdulahi dari lokasi itu.
“Mereka kalah dalam pertempuran itu dan kami telah memasuki barak-barak mereka, menewaskan hampir 20 petempur mereka sebelum menguasai kota itu,” katanya.
“Pasukan pemerintah Somalia saja yang memasuki kota itu dan mengamankan kota itu sekarang.”
Al Shabaab yang punya hubungan dengan Al Qaida telah memerangi pasukan Kenya di selatan sementara pasukan Uni Afrika dan pemerintah menggempur mereka di ibu kota Mogadishu.
Bulan lalu, penduduk mengatakan ratusan serdadu Ethiopia memasuki Hiran dan Galgudud di Somalia tengah, tetapi Ethiopia yang menduduki Somalia tahun 2006 dengan dukungan Amerika Serikat, membantah laporan-laporan itu sebagai “sama sekali tidak benar”.
Pada Sabtu, saksi mata Abdirahman Isa mengatakan ia melihat pasukan pemerintah Somalia yang disertai oleh truk-truk bersenjata milik pasukan Etiopia memasuki Beledweyne.
“Saya melihat hampir 20 mayat tergeletak di jalan-jalan dan dekat kota itu, sebagian besar mereka adalah petempur tetapi beberapa warga sipil terperangkap dalam baku tembak itu,” tambahnya.
“Kami menghitung ada 18 mayat, sebagian besar para petempur, beberapa orang di antara mereka tewas dekat kota itu dan yang lainnya tergeletak di jalan-jalan Beledweyne,” kata Mohamed Moalim Osmail, seorang tokoh masyarakat di kota itu kepada AFP.
Tetapi seorang wakil Al Shabaab membantah mereka kalah.
“Musuh berusaha menghancurkan barak-barak garis depan para petempur mujahiddin tetapi mereka kalah dalam pertempuran itu, kami membunuh banyak tentara mereka dan mujahiddin mundur dari beberapa posisi untuk mengatur kembali strategi mereka,” kata Abu Musab kepada wartawan di Mogadishu.
Negara Tanduk Afrika itu dilanda perang saudara hampir tiada hentinya sejak dgulingkannya presiden Mohamed Siad Barre tahun 1991 yang memicu pertumpahan darah antara milisi yang berusaha untuk berkuasa.
Invasi Ethiopia atas Somalia tahun 2006 memicu pemberontakan berdarah dan pasukannya mundur tiga tahun kemudian setelah gagal memulihkan ketertiban dan keamanan di negara tetangganya itu.
Kelompok Al Shabaab menguasai daerah luas Somalia selatan tetapi juga memerangi pemintah dukungan Barat di Mogadishu dan psukan Kenya jauh di selatan, yang memasuki perbatasan itu Oktober untuk menyerang pangkalan-pangkalan gerilyawan itu.
Pasukan Kenya terlibat bentrokan senjata dengan milisi Al Shabaab, Kamis, yang menewaskan beberapa orang, korban terbaru dalam konflik beberapa minggu di Somalia selatan.
Awal bulan ini kontingen pertama dari 100 tentara Djibouti bergabung dengan 9.800 tentara Burundi dan Uganda dalam pasukan perdamaian Uni Afrika yang dikerahkan sejak tahun 2007 untuk melindungi pemerintah dari serangan Al Shabaab di ibu kota Mogadishu yang porak poranda akbat perang itu.[Antara]