Phnom Penh – Kamboja untuk pertama kalinya menggelar pekan mode pertama, yang juga diramaikan oleh perancang asing.
Walau pameran mode sudah sering digelar di ibukota Phnom Penh, pameran Cambodia Fashion Week ini berlangsung jauh lebih meriah dengan meniru pameran mode dunia seperti New York Fashion Week, Paris Fashion Week, dan London Fashion Week.
Pameran digelar di beberapa tempat, dari gedung pameran yang baru selesai dibangun maupun stasiun kereta api Phnom Penh yang baru direnovasi. Karya yang ditampilkan bukan hanya dari perancang Kamboja -yang masih belum terdengar di panggung mode internasional maupun Asia- juga karya perancang asing.
Salah satu perancang asing yang ikut adalah Eric Rasina asal Paris, yang mengaku jatuh cinta dengan sutra Kamboja, dan membuka studio di kota Siem Reap.
Selain mengelola studio modenya, Eric juga membina warga setempat untuk mencampurkan elemen rancangan modern dengan tenun Kamboja yang tradisional.
Sedang untuk karya-karyanya, Eric menggunakan warna-warna mencolok dari disain sutra Kamboja dan membawanya ke salah satu pusat mode dunia, New York Fashion Week.
“Orang-orang tahu kalau karya saya yang ada di panggung dibuat oleh orang Kamboja di studio saya di Siem Reap. Dan mereka terkesan.”
“Jadi amat penting untuk berada di suatu tempat, seperti New York Fashion Week, London Fashion Week, Paris Fashion Week, dan mewakilkan yang bisa dilakukan warga Kamboja.”
Sudah berubah
Industri tekstil Kamboja merupakan sektor di luar pertanian yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
Ratusan ribu orang bekerja di perusahaan-perusahaan sandang dunia, seperti Gap, Levi’s, maupun Adidas. Namun tidak satupun produk dari pabrik-pabrik perusahaan multinasional di Kamboja yang dirancang oleh warga setempat.
Dengan pekan mode yang pertama ini, ada harapan perancang mode lokal mulai terangkat.
Dalam beberapa waktu belakangan, toko-toko pakaian dengan pelanggan warga lokal sudah menampilkan disain-disain yang sudah tidak sekedar mengikuti aliran fungsionalisme saja, seperti dilaporkan wartawan BBC di Phnom Penh, Guy De Launey.
Tukang jahit juga sudah berani menawarkan disain-disain yang menarik perhatian.
Dan banyak warga Kamboja yang sudah lebih percaya diri saat ini, kata Sapor Rendall, yang membuka perusahaan agen model di Kamboja.
“Karena kami baru ke luar dari perang, kami amat konservatif, orang tidak bisa berpakaian seperti saya sekarang ini karena ibunya akan membunuhnya. Tapi sekarang, tidak perduli lagi.”
Generasi tua Kamboja mungkin mengangkat alis mata melihat sekelompok kaum muda Kamboja yang tidak lagi terikat pada gaya berpakaian konservatif.
Namun pengelola Pekan Mode Kamboja, bukan hanya ingin membuka wawasan disain mode di kalangan warga Kamboja, juga berharap di masa depan salah satu warga Kamboja bisa menampilkan karyanya di London, Paris, atau New York. [BBC]