Pemuda Pidie Ngumpul Untuk Ngobrol Film

Rio Pauleta

 

Dua hari yang lalu, Teuku Iqbal Caesar me-WA saya dan menyuruh saya MC di acara Ngobrol Film,  yang disponsori oleh Rumoh Komunitas (Rumpi.18), sebuah wadah pemersatu komunitas di Pidie. Rumpi.18 bekerjasama denga A Mild membuat berbagai kegiatan di Pidie, sudah hampir tigabulanan ini. Acaranya  dari parade band, menyatukan komunitas yang ada di Pidie, seperti komunitas budaya, literasi, photography dan juga film. event ini dinamai Pesaboh Nanggroe Festival.

Kali ini kegiatanya di depan Meuligoe bupati. Sebuah panggung besar disiapkan dan di tampilkan band-band local sampai band kelas nasional, Inverno. Parade ini berlangsung dua hari 1-2 desember 2018. Selain band, di panggung juga hadir pemuisi, pelukis mural, ada Asbuch Clothing Line, yang menjual baju, sendal, tali pinggang, celana  dan stand-up comedy.

foto by @bangrully

Tapi saya mau bahas tentang Ngobrol Film. Teuku Iqbal dan Akbar Rasfanjani dinobatkan sebagai pemateri, Iqbal sudah membuat beberapa film documenter, membuat video dokumentasi wisata dan acara youtube Pidie Kreatif yang sedang kami bersama garap yaitu Ngulik Bareng Rio.

Akbar Rasfanjani siapa tak kenal, dia adalah produser Rio de Jaksiuroe yang merupakan pentolan Aceh Documentary, mengawali karir dengan membuat film Teungku Rangkang, lalu film pak Keuchik yang membuat tanggul sungai, lalu mendidik anak-anak sekolah membuat juga film pendek dan mendirikan Pelajar Film Pidie, English Lover, Pidie Membaca dan Rio de Jaksiuroe Tour. Saat saya tanya apakah bisa kita buat banyak sekali kegiatan begini, dia yakin dengan menjawab “Bisa!”

Lalu kami bertiga hari ini berkumpul untuk berbagi pengalaman dengan para peserta yang berjumlah hampir 20 orang. Dalam acara yang berlangsung seharusnya jam 13.30 ini, acara baru mulai satu jam kemudian karena satu dan lain hal.

Saya membuka acara dan Akbar saya suruh bicara, dia bicara tentang cinematography, bagaimana film itu di shot dengan baik dan menghasilkan gambar yang bagus dan yang mana yang pas menurut teori perfileman.

Lalu Iqbal Caesar berbicara tentang bagaimana ide bisa dituangkan menjadi sebuah film. Iqbal menampakkan naskah yang sedang digarapnya untuk film The Inong, film yang mengetengahkan tentang deskriminasi terhadap perempuan.

Foto by @bangrully

Di akhir sesi, peserta bertanya-tanya dan kami menyuruh mereka membuat film atau dokumentasi sendiri masing-masing, belum tahu hasilnya. Karena pengumumannya pas acara rumpi.18 berikutnya. Sangat senang saya sebagai pembuat akun Bursa Film Bluray. Acara ngobrol film dan nonton bareng di Banda tak jadi-jadi rupanya acaranya jadi di Sigli.

Semoga semakin banyak lagi acara semacam ini di Pidie, biar anak muda  tidak disibukkan dengan hal yang negatif.

Leave a Comment