Qaid Arkana

Pengamat: Pilkada Jadi “Pertarungan” Sesama Mantan GAM

Banda Aceh- Peneliti senior lembaga Centra Politika Mashudi SR memprediksikan bahwa pilkada di Aceh nantinya akan menjadi “pertarungan” sesama mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM), karena sudah terpecah untuk mendukung calonnya.

“Saya melihat bahwa pilkada Aceh akan menjadi pertarungan dan rivalitas sejati antara pasangan Irwandi Yusuf/Muhyan Yunan dan Zaini Abdullah/Muzakir Manaf yang sama-sama didukung oleh mantan anggota GAM,” katanya di Banda Aceh, Jumat (27/1).

Ia menjelaskan, jika analisis berdasarkan “face to face”, kedua pasangan tersebut sangat jelas bahwa masing-masing pasangan memiliki potensi yang sama untuk memenangi pilkada Aceh.

“Irwandi Yusuf merupakan calon `incumbent` yang berkuasa penuh atas mesin birokrasi, jadi tentunya dapat mempengaruhinya guna memaksimalkan dukungan untuk pemenangnnya, dan selain itu popularitas Irwandi saat ini dipengaruhi oleh efektivitas program andalannya, yaitu Jaminan Kesehatan Aceh yang diterima luas oleh masyarakat,” ungkapnya.

Selain itu, tambah Mashudi, beberapa kelebihan dari Irwandi adalah beliau memiliki gaya tersendiri dalam mengelola pemeritahan dan juga “style” sehari-harinya.

Menurutnya, selain itu juga eksistensi Irwandi di GAM dulunya hingga saat ini juga masih berpengaruh besar.

“Beberapa mantan panglima wilayah eks GAM juga sudah merapat ke Irwandi, sebut saja beberapa nama besar di GAM Lingadiansyah, Muharamm Idris, Sofyan Daud, tentu mereka juga punya basis massa yang akan menambah pundi-pundi suara untuk Irwandi,” jelasnya.

Ditambahkannya, pasangan Irwandi yakni Muhyan Yunan juga berpotensi besar untuk mendulang suara, hal ini jika dilihat dari sosoknya yang merupakan birokrat tulen yang memiliki jejaring birokrasi hingga ke daerah dan juga nasional, selain itu juga beliau adalah Ketua Kosgoro yang merupakan underbow Partai Golkar.

“Tentunya dengan keberadaan Muhyan di Kosgoro akan mendorong para kader-kader Partai Golkar di daerah juga untuk memenangkan pasangan ini, dan suara Golkar juga besar di beberapa wilayah di Aceh, terutama di kawasan Aceh bagian tengah, ditambah lagi sosok Muhyan yang mewakili suara barat selatan Aceh,” sebutnya.

Mashudi juga menilai dukungan dari Partai Nasional seperti Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Kebangkitan Bangsa merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kompetitornya.

“PKS itu memiliki basis massa yang jelas, dan begitu juga PKB,” tukasnya.

Sementara itu, pasangan Zaini Abddullah/Muzakir Manaf memiliki basis massa ideologi dan mereka menguasai hampir seluruh wilayah timur Aceh yang merupakan daerah berpenduduk terbanyak di Aceh.

“Pasangan ini merupakan mantan GAM tulen yang sangat dihormati dan disegani di masyarakat luas, tentunya hal ini berpengaruh besar bagi masyarakat dalam memilih mereka,” ungkapnya.

Dijelaskannya, Dokter Zaini Abdullah adalah penjaga ideologi GAM dahulunya dan memiliki kedekatan dengan Alm Hasan Tiro, tentunya hal ini merupakan suatu hal yang dinilai oleh masyarakat akan melanjutkan perjuangan GAM untuk menyejahterakan rakyat Aceh.

“Tranformasi GAM ke Partai Aceh itu terwakili oleh Zaini Abdullah, dan beliau sosok yang menginspirasi pada kader partai untuk bekerja maksimal memenangkan pasangan ini pada pilkada nanti,” tuturnya.

Selain itu juga, Muzakir Manaf yang mendampingi Zaini Abdullah adalah sosok yang santun dan memiliki wibawa.

“Muzakir Manaf itu mantan Panglima GAM, dan saat ini juga merupakan Ketua Partai Aceh serta Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) yang memiliki rentang kendali secara organisasi hingga ke pelosok, tentunya sebagai pimpinan mudah baginya untuk mengendalikan dan menggerakkan organisasi untuk bekerja secara penuh untuk merebut simpati rakyat dan mendulang suara,” sebutnya.

Disebutkannya, sebagai ketua partai yang memiliki mayoritas kursi di parlemen Aceh dan juga di beberapa kabupaten/kota tentunya Muzakir Manaf akan juga mendayagunakan potensi untuk melakukan aksi-aksi politik pemenangan dan juga penggalangan massa.

“Kekurangan dari pasangan ini adalah belum mendapat dukungan secara terbuka dari partai nasional, hingga saat ini baru Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendukung mereka,” imbuhnya.

Dilain pihak, tentunya kehadiran Muhammad Nazar/Nova Iriansyah akan menjadi kuda hitam dalam pilkada Aceh.

“Posisi Nazar sebagai wagub juga berpotensi besar untuk memecah suara birokrasi yang dikuasi oleh Irwandi, selain itu juga Nazar memiliki hubungan yang baik dengan para pengusaha nasional dan lokal yang merupakan sumber logistik yang baik dalam pemenangan pemilu,” jelasnya.

Selain itu juga, sebagai mantan aktivis dan dosen di IAIN, Wagub Aceh ini memiliki kedekatan dengan beberapa ulama di Aceh.

“Saya melihat dukungan ulama dan aktivis LSM juga sangat besar untuk Nazar,” imbuhnya.[Antara]