Qaid Arkana

Program EDFF Kucurkan Modal untuk Koperasi Kakao Aceh

Banda Aceh – Program Economic Development Financing Facility (EDFF) mengucurkan modal untuk koperasi kakao Aceh. Pengucuran modal ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama (MoU) dan akad pembiayaan antara ActionAid Australia (AAA) -Yayasan Keumang, Bank Syariah Mandiri dan Koperasi Petani Kakao, yang disaksikan oleh pihak Bappeda Aceh mewakili pemerintah, Selasa 14 Februari 2012 di Aula Bappeda Aceh.

Pembiayaan tersebut merupakan bagian dari Program Kakao Aceh yang sedang dilaksakan oleh ActionAid Australia (AAA) -Yayasan Keumang, didanai Multi Donor Fund (MDF) dengan pengawasan World Bank dan Pemerintah.

Kepala Bappeda Aceh, Ir Iskandar MSc dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemerintah Aceh selalu mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di seluruh Provinsi Aceh. Salah satu program yang secara langsung berkaitan dengan upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan adalah program EDFF.

Menurutnya, secara umum tujuan program EDFF adalah membangun lingkungan usaha yang lebih bersaing, penciptaan kesempatan kerja, serta memacu pertumbuhan sektor swasta secara luas (terutama dalam bidang pertanian) yang menargetkan masyarakat miskin dan kelompok rentan lainnya sebagai penerima manfaat, sehingga angka kemiskinan bisa ditekan. “Juga menargetkan peningkatan investasi di wilayah Aceh serta peningkatan perdagangan internasional, terutama ekspor langsung dari Aceh, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Aceh,” ujarnya.

Iskandar percaya, kegiatan Program Kakao Aceh yang dilakukan oleh ActionAid Australia – Yayasan Keumang di lapangan sebagai bagian dari Program EDFF,  sudah sesuai dengan perencanaan. Namum tetap diingatkan harus sesuai dan mengacu pada aturan dan ketentuan, serta dapat diselesaikan dalam rentang waktu yang tersedia, sampai Agustus 2012.

Pihaknya melihat potensi kakao Aceh terus meningkat dari waktu ke waktu. tahun 2010 misalnya, produski kakao Aceh sudah mencapai sekitar 87,000 ton. Diharapkan, tingginya produksi ini dinikmati oleh petani produsen, bukan hanya oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar. Karenanya salah satu upaya yang dilakukan adalah memastikan tumbuhnya tumbuhnya koperasi kakao yang sehat dan transparan di setiap daerah sentra kakao.

Bappeda Aceh menilai kerjasama antara koperasi dan perbankan, yang akan dijalankan ini (di bawah koordinasi AAA) diharapkan bisa menjadi pemicu bagi koperasi untuk tumbuh menjadi lebih sehat, serta memiliki cash flow yang lancar.  Hubungan ini dapat dijadikan sebagai batu loncatan dalam peningkatan modal kerja, ketika nantinya usaha koperasi sudah berkembang dengan baik.

Iskandar berpesan, agar ActionAid Australia dan Yayasan Keumang senantiasa mendampingi koperasi dalam mengelola permodalan yang disediakan, sehingga hasil dari kegiatan pengembangan koperasi ini bisa optimal.

Sementara itu Project Director ActionAid Australia, Robert Laude mengatakan penandatangan kerjasama pengucuran modal kerja merupakan langkah maju yang telah dicapai oleh program. Mekanisme pembiayaan melalui Bank Syariah Mandiri telah menciptakan manajemen yang baik sehingga memudahkan koperasi. “Harapannya koperasi bukan hanya menerima dana, tapi juga mampu mengembangkan usaha-usahanya,” sebutnya.

Menurutnya, AAA – Keumang ke depan akan terus melakukan pendampingan dan pelatihan-pelatihan sampai program berakhir. Yayasan Keumang selanjutnya yang berada di Aceh telah komitmen melakukan pembinaan berkesinambungan dan terus memberikan dukungan bagi koperasi dan petani kakao umumnya.

Hal itu diakui oleh Yusri Yusuf, Direktur Yayasan Keumang. “Kami akan selalu membina secara berkelanjutan agar koperasi berkembang terus, walaupun program telah berakhir,” katanya dalam sambutan.

Menurutnya, pihak Keumang melihat program Kakao Aceh adalah sebuah usaha untuk memberdayakan petani dan ekonomi masyarakat. Yusri memastikan komitmennya untuk terus melakukan pendampingan bagi masyarakat secara berkelanjutan.

Dana yang dikucurkan untuk koperasi adalah sebesar Rp 3 miliar. Dana itu dibagi masing-masing sebanyak Rp 1,2 miliar untuk Koperasi Sekunder Kakao Aceh dan selebihnya Rp 1,8 miliar untuk sembilan Koperasi Primer Kakao Aceh di tiga kabupaten; Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. []