Sabtu, 6 Oktober 2018 Teater Siswa Sukma Bangsa Pidie berhasil mementaskan Teater comedy tragedy berjudul Pukes. Terinspirasi dari legenda di tanah Gayo Putri Pukes. Cahya Maulizati dengan berani menggubah cerita rakyat ini menjadi drama menarik dan ditoton oleh ratusan orang yang hadir di gedung indoor Taman Budaya Banda Aceh.
Pemain teater malam ini merupakan gabungan anak SMP dan SMA Sukma Bangsa. Orangtua mereka turut hadir melihat perkembangan seni anaknya. Pukes bercerita tentang Reje yag jatuh cinta pada Pukes tapi awalnya tidak disetujui oleh ibundanya Pukes (diperankan Danish Ara Mukhtar). Niat Reje (Andry Maulana) melamar Pukes menguak kenyataan bahwa Ibunda Pukes (Tazqia Putri Humaira) juga sering menolak pria-pria lain yang melamar Pukes dengan dalih ibundanya tak siap akan kepergian anak gadis satu-satunya keluarga itu.
Sang Ayah (Ilham Ramadan) yang bijaksana berhasil meruntuhkan keteguhan istrinya untuk melepas sang anandanya tercinta. Tapi setelah menikah dan ingin dibawa oleh reje ke rumah yang terpisah dengan inenya, ibu Pukes berpesan jangan menoleh ke belakang. Saat di jalan rupanya Pukes dengan kesedihan mendalam di jalan, tak kuat juga Pukes tak melihat kebelakang, dilanggarnya nasehat ibunya dia pun menoleh, jadi batu-lah dia.
Pementasan berlangsung satu jam diiringi tepuk tangan dan tawa penonton. Polah para tokoh terkadang menyajikan humor dan takjub para pemirsa yang rela ke taman budaya bahkan jauh-jauh dari Sigli, menerobos hujan demi menyaksikan teman-temannya di atas panggung.
Pentas seni teater ini juga mendapat dukungan dari seniman muda Aceh yang mengirimkan video singkat via whatsapp yang diputarkan di awal acara, Terlihat ada Vokalis Apache, Cupo, dan komunitas teater dari berbagai daerah di Indonesia. Bus untuk keberangkatan rombongan dari Pidie disediakan langsung oleh SEKDA Pidie.
Setelah maggung, para seniman dan penonton diajak untuk berdiskusi. Beberapa seniman tua berdiri dan mengkritik tentang keaktoran yang tak memuaskan mereka, tata cahaya dan kepadatan cerita. Yang menarik adalah kata seorang seniman kalau ceritanya ini salah. Pukes ini adalah seorang putri raja, yang dibuang ke hutan, karena jatuh cinta sama sepupunya. Lalu dia mendengar seruling reje di dalam hutan dan dia mengikuti suara itu sampai ketemu. TapiPutri Pukes ini kan merupakan legenda, bisa jadi dongeng cerita rakyat setara dengan Amat Rahmanyang, Maling Kundang dan cerita rakyat lainnya yang sudah kemungkinan akan terdapat perbedaan redaksi cerita.
Saya yang awam ini juga baru terpanggil kembali kisah Putri Pukes yang ada peninggalan sejarahnya di sebuah gua di pinggir danau laut tawar ini. Kritik ini sangat perlu untuk perkembangan teater Aceh di masa yang akan datang, tanpa kritikan tidak akan hadir produk yang kreatif dan inovatif.
Tapi sepertinya tidak cocok cara seniman tua semalam mengkritik, saya juga jadi berpikir, kalau begini kritikannya maka mahasiswa banyak yang tersendat skripsinya, kita anggap saja teater ini walaupun banyak kekuarangan dimana-mana tapi merupakan satu langkah besar dari Sukma Bangsa untuk menghidupkan kembali dunia keaktoran di Aceh. Ditengah banyaknya hiburan yang terbentur dengan rekomendasi ulama, sepertinya kita sudah perlu menyokong seni yang dipertunjukkan sendiri oleh anak Aceh, supaya kreatifitasnya semakin maju dan bisa menjadi solusi hiburan rakyat yang menjunjung tinggi syariat.
Dari Menasah Siren, Riazul Iqbal Melaporkan.