Pekanbaru – GM Policy, Government, and Public Affair PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) Usman Slamet mengatakan fakta sejarah terkait Perang Dunia II yang belum terkuak di area ladang minyak perusahaan di daerah Duri, Provinsi Riau sangat penting untuk dikaji guna kepentingan bersama.
“Karena sampai sekarang belum ada dokumentasi terperinci mengenai sejarah Perang Dunia II di Duri,” kata Usman seperti dilansir Kantor Berita ANTARA, Jumat (11/11).
Ia membenarkan, bahwa ada monumen untuk Korban Perang Dunia II di dalam komplek CPI di Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau. Namun, ia hanya mengerti monumen itu didedikasikan untuk para korban kekejaman perang yang tak diketahui identitasnya.
“Nama-nama pahlawan itu tidak diketahui,” ujarnya.
Bahkan, Usman juga mengatakan Chevron tidak memiliki data mengenai kapan monumen untuk korban Perang Dunia II itu didirikan.
“Kapan monumen itu didirikan dan siapa yang mendirikannya saya dan teman-teman di Chevron tidak tahu,” katanya.
Bukti adanya sejarah Perang Dunia II di Duri sejauh ini baru bisa diketahui dari keberadaan monumen di tengah pemakaman, yang ada di Komplek Sago CPI tak jauh dari landasan helikopter. Pada bagian atas monumen itu ada tulisan berwarna emas dengan dua bahasa: “Monumen Korban Perang Dunia-II/`Monument of World War-II Victim”.
“Sayangnya Pemerintah Daerah (Pemda) Riau dan Chevron kurang merawatnya, apalagi mengungkap sejarah yang sebenarnya. Sedangkan, warga Duri yang mayoritas pendatang juga tak banyak tahu sejarah itu, apalagi bisa melihat monumennya, karena tak bisa sembarangan masuk ke area komplek CPI,” kata Koordinator Duri Institute, Agung Marsudi.
Menurut dia, sejarah monumen itu berawal ketika Chevron menemukan banyak tulang belulang terkubur saat proses pembuatan infrastruktur migas di Duri pada tahun 1950-an. Kuat dugaan tulang belulang itu merupakan korban kerja paksa di zaman penjajah Jepang atau Romusha.
Tulang belulang itu dipindahkan ke lokasi yang sekarang berdiri monumen di komplek Chevron, dan perusahaan saat itu mengakui bahwa mereka adalah korban Perang Dunia II.
Menurut Agung, Jepang saat Perang Dunia II pada awal tahun 1940-1n mengambil alih fasilitas Migas di Duri hingga Minas dari Amerika Serikat.
Bahkan, Jepang saat itu juga membangun rel kereta api karena menduga ada kandungan emas di Duri. Bukti rel kereta api masih ada di daerah Balai Raja yang dahulu dibangun oleh rakyat Indonesia yang dijadikan Romusha. [Antara]