Banda Aceh – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Meulaboh, Aceh Barat, mencatat sudah lebih 10 kali wilayah tersebut digoyang gempa selama Januari 2012.
“Jumlah itu hanya dalam skala kecil yang sempat tercatat di BMKG, karena kekuatan goyangannya dirasakan masyarakat belum terhitung gempa berkekuatan 5,0 skala richter ke bawah dan gempa susulan,” kata Kepala BMKG Pantai Barat Edi Darlupti di Meulaboh, Minggu (29/1).
Pernyataan tersebut menyikapi laporan gempa terakhir melanda pantai barat Aceh berkekuatan 5,2 skala richter pada 28 Januari 2012, pukul 21.47.18 WIB berkisar delapan detik berlokasi di 1.99 LU, 96,50 BT.
Gempa tersebut, kata Edi, hanya dirasakan sebagian masyarakat di wilayah itu, sebab pusat gempa berada 81 kilometer tenggara Kabupaten Simeulue, Aceh, di kedalaman 40 kilometer.
Jelas Edi Darlupti, penyebab kawasan pantai barat Aceh rentan digoyang gempa karena letak geografisnya diapit oleh dua benua yakni Asia dan Australia, dan menurut amatan jalur lintang ini merupakan kawasan jalur gempa.
“Kawasan pantai barat merupakan jalur gempa, karena itu daerah ini rentan terjadi gempa, dan di antara delapan kabupaten wilayah ini, Kabupaten Simeulue merupakan daerah dominan,” katanya menjelaskan.
Lebih lanjut dikatakan, kawasan pantai barat yang didiami sekitar dua juta penduduk Aceh merupakan sasaran utama gempa berkekuatan antara 5,0 sampai guncangan terhebatt 9,3 SR pada Minggu 26 Desember 2004 yang menghantarkan puluhan ribuan jiwa meninggal.
Untuk itu, selain kawasan tersebut membutuhkan alarm tsunami sebagai upaya pertama menekan tingginya resiko bencana alam gempa, keberadaan masyarakat daerah itu juga membutuhkan pemetaan dan pembekalan pengurangan resiko bencana alam.
Lanjutnya, pemetaan dan pembekalan masyarakat terhadap pengurangan resiko bencana alam sudah dilakukan oleh pemerintah daerah demikian halnya pelatihan simulasi gempa dan tsunami.
“Pemetaan kawasan bencana alam itu sudah kita lakukan bersama muspida baru-baru ini, namun kita masih terbatas adanya alarm peringatan tsunami yang ditempatkan di kawasan pesisir laut seperti di kota Banda Aceh,” pungkasnya. [Antara]