Amsterdam – Di Belanda, kelompok Islam dan Yahudi boleh bernafas lega. Pasalnya, RUU larangan pemotongan hewan ritual yang tadinya disetujui oleh Tweede Kamer atau majelis rendah ternyata ditolak oleh Eerste Kamer atau senat parlemen Belanda, Rabu ini. Pemerintah mengusulkan kompromi yang intinya memperketat penyembelihan hewan ritual tanpa bius.
Penyembelihan hewan secara ritual tanpa bius menimbulkan diskusi sengit dalam lingkaran politik Belanda berbulan-bulan lamanya.
Kelompok agama Yahudi dan Islam berpendapat itu adalah bagian dari ritual keagamaan mereka. Larangan penyembelihan tanpa bius berarti menurut mereka pelanggaran terhadap kebebasan beragama. Pandangan tersebut didukung oleh partai-partai politik Kristen seperti partai pemerintah CDA, dan partai-partai oposisi ChristenUnie dan SGP.
Kendati demikian partai-partai itu tak punya suara mayoritas di parlemen untuk menentang pelarangan penyembelihan ritual. RUU itu diajukan oleh Partai voor de Dieren (Partai untuk Hewan) yang merupakan satu di antara sedikit partai-partai di dunia yang memfokuskan pada kesejahteraan hewan.
Peraturan baru
Tidak ada mayoritas di senat Belanda yang mendukung larangan penyembelihan binatang tanpa bius. Untuk itu harus disusun RUU baru. Mereka mendukung aturan yang meminimalisir penderitaan hewan. Wakil menteri Pertanian Henk Blaker muncul dengan usulan kompromi pada saat-saat terakhir.
“Harus ada perubahan, perbaikan penyembelihan ritual. Perubahan yang mungkin bagi kelompok minoritas tertentu terlampau jauh.”
Daging halal
Kelompok-kelompok Islam tak mau menghiraukan larangan itu dan bertekad mengimpor daging halal dari negara tetangga. Dengan demikian kaum Yahudi pun bisa mendapat daging kosher kendati adanya pelarangan ritual. Menurut wakil menteri, impor ilegal itu tak akan terjadi jika aturan baru penyembelihan hewan disusun.
Metode penyembelihan baru
Apa syaratnya belumlah jelas. Bleker akan mengirim surat ke anggota parlemen. Yang pasti teknik baru itu membuat binatang sesedikit mungkin menderita. Untuk itu harus dibuat kesepakatan dengan dua kelompok agama, Islam dan Yahudi.
Juru bicara kelompok Yahudi menganggapi positif perkembangan itu. “Lega, karena itu kasus yang sangat sulit dipecahkan oleh kelompok Yahudi, itu seperti awan kelabu yang menggantung di atas kami.”
Sementara itu jemaat gereja Israel Belanda NIK lewat twitter menulis, Rabu: “Setelah berdebat selama 15 jam dan tiga tahun perjuangan NIK maka saat ini kami merasa lega. UU Dasar kebebasan kami kembali dicanangkan.”
Sementara itu kelompok Muslim menanggapi dengan kritis. Mohammed Joemman pendiri serta penasihat Dewan Kontak Muslim dan Pemerintah.
“Ia (Henk Bleker) adalah pemburu, dan ia senang ngomong asal-asalan, Kali ini pun begitu.” Pekan depan senat akan memutuskan resmi soal pelarangan ritual serta usulan dari pemerintah. [Ranesi.nl]