Jakarta – Senjata api ilegal yang beredar di Aceh diperkirakan berasal dari luar negeri. Kendati demikian, asal usul senjata tersebut masih ditelusuri. Pihak TNI menilai senjata yang beredar di sana membahayakan, karena tidak dipegang oleh orang yang bertanggung jawab.
“Tentu itu berbahaya,” ujar Kapuspen TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (18/1). Dia mengatakan senjata tersebut diperoleh secara ilegal dan tidak menutup kemungkinan diperoleh dari hasil barter dengan ganja. Senjata api diperoleh dari negara-negara sekitar Indonesia yang berdekatan dengan Aceh.
TNI, menurutnya, hanya bisa menghimpun informasi dan melakukan pencegahan. Iskandar menegaskan patroli perairan oleh TNI AL akan lebih digiatkan untuk mencegah masuknya senjata api ilegal ke sana.
Iskandar menyatakan senjata api yang beredar di kalangan sipil di Aceh tidak semuanya baru. Ada juga barang lama yang digunakan saat GAM memanas beberapa tahun lalu. Senjata api kemudian digunakan lagi untuk menciptakan gangguan Kamtibmas. Akibatnya, sejumlah orang tak berdosa meregang nyawa.
Dia mengatakan saat ini yang dibutuhkan di Aceh adalah tertib sipil. Polri masih berada di barisan terdepan bersama Pemda setempat untuk menjaga Kamtibmas. Meskipun nantinya darurat sipil, Polri tetap berada di depan. Sedangkan TNI siaga dan siap dimintai bantuan. TNI baru turun tangan ketika diminta untuk membantu pengamanan sesuai permintaan Polri.
Dia mengatakan pengawasan internal di tubuh TNI terkait dengan gangguan Kamtibmas di Aceh terus ditingkatkan. “TNI di sana sudah solid. Jadi tidak mungkin ada oknum yang terlibat dalam gangguan di sana,” tegasnya.
Pihaknya pun siap menindak jika ada oknum TNI yang terlibat di Aceh. “Kondisi keamanan di Aceh tidak main-main. Semuanya serius menangani masalah keamanan disana,” imbuhnya. [Republika]