Jakarta – Teknologi nano yang terus menjadi pusat perhatian para teknolog karena pengaruhnya yang besar terhadap pengembangan teknologi tinggi terus dikembangkan di Indonesia melalui berbagai langkah termasuk memperkenalkannya secara dini pada mahasiswa yang akan menjadi teknolog di masa depan.
Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) dalam keterangan pers seperti dikutip Antara, Sabtu, memaparkan upaya pengenalan kepada mahasiswa dan juga kalangan dosen merupakan langkah penting agar teknologi nano bisa dikembangkan lebih jauh lagi.
“Nano teknologi diyakini sebagai sebuah konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad ke-21. Beberapa cabang ilmu terapan dan medis mengadopsi nanoteknologi dan nanosains dan menjadikan pondasi utamanya,” kata Ketua Masyarakat Nanoteknologi dan juga Dewan Pakar Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Dr Nurul Taufiqu Rohman.
Teknologi nano atau nanotechnology, sebuah teknologi masa depan yang menggarap semua produk dengan bahan baku partikel berukuran 10 pangkat minus 9 meter atau sepermiliar meter.
Sementara nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu obyek atau material dalam skala nanometer. Satu nanometer (nm) setara dengan 1/1.000.000 milimeter atau sepermiliar meter, sebuah ukuran yang sangat kecil karena lebar DNA saja skalanya berkisar dua nm.
Skala nanometer hanya 10 kali lipat besaran sebuah atom (0,1 nm= 1 angstrom).
Dalam aplikasinya, teknologi nano telah memberikan sumbangannya kepada semakin meningkatnya kemampuan komputer dalam operasionalnya namun juga meminimalisasikan bobot komputer itu sendiri sehingga semakin memudahkan dalam operasionalnya.
“Dari kenyataan inilah, dapat dikatakan manusia secara perlahan-lahan tengah mendapatkan teknologi yang sulit dibayangkan,” kata Nurul.
Perkembangan nanoteknologi dalam dunia computer telah mengubah tak hanya ukuran computer semakin ringkas namun juga peningkatan kemampuan dan kapasitas yang luar biasa, sehingga memungkinkan penyelesaian program-program raksasa dalam waktu singkat.
Bila diterapkan dalam pengolahan baja, maka nanobaja mampu menghasilkan baja yang berstruktur halus karena mampu mencapai ukuran beberapa puluh nanometer saja, namun memiliki kekuatan dan umur dua kali lipat dari baja terbaik yang ada saat ini.
Salah satu upaya memperkenalkan pada mahasiswa dan dosen antara lain melalui kegiatan yang berlangsung di Universitas Diponegoro, Semarang, Sabtu (12/11).
Nurul akan berbicara bersama beberapa peneliti lain seperti staf pengajar Universitas Diponegoro Semarang Dr. Agus Subagio dan Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra, dalam agenda pertemuan Research and Technoday 2011 yang digelar bersama Himpunan Mahasiswa FMIPA Undip.
Dijadwalkan pula pembina MITI Suharna Surapranata akan memberikan pembekalan kepada mahasiswa dan staf pengajar yang hadir dalam perhelatan tersebut. [Antara]