Tetap Berkarya Meski di Kursi Roda

Saiful Amri

Dok. Pribadi

Depan posko Peringatan Hari Penyandang cacat International, terlihat wanita paruh baya bersandar di sebuah kursi roda. Sebuah meja dipenuhi souvenir bertumpuk di depannya. Ia menjajakan dagangannya, sesekali ia menggeser kursi rodanya, menghindar terik mentari. Maklum siang Sabtu, 03 Desember 2011, mentarinya seakan membakar kulit.

Yusverina nama wanita itu. Saban waktu, Ia terus saja ditemanai kursi roda. Kedua kakinya lumpuh total akibat tabrakan maut saat dia masih duduk kelas tiga, di salah satu Sekolah Menengah Atas  Kabupaten Sigli. Kejadian tragis itu, merenggut kebahagiaan dan keceriaannya. Kakek dan dua familinya meninggal saat kejadiaan itu.  Masa depannya sirna seketika. Beruntung walau kakinya tak bisa bergerak, Ia selamat dalam kecelakaan tersebut.

“Kami pulang liburan dari Jakarta,” kisahnya dengan mata nanar, tenggelam dalam kenangan.

Dalam perjalan pulang itu, tiba-tiba mobil yang dikenderai keluarganya tertabrak. Sejak musibah itu, Rina pun harus menganggur dua tahun karena  terpaksa mengobati kedua kakinya.

Walaupun kakinya lumpuh, tak membuat nyali wanita berkulit kuning langsat ini ciut. Ia tetap berusaha sekuat tenaga, membantu menambah penghasilan keluarga, selain merawat buah hatinya yang masih berumur 11 bulan. Maklum suaminya hanya wiraswasta biasa.

Kesehariannya, menjahit souvenir dari kain flanel. Hasil karyanya berupa kep anak dengan aneka motif dan warna, toples keu, kotak tisu, set flanel, flanel kulkas, flanel galon isi ulang dan souvenir perkawinan. Barang tersebut, Ia pasarkan melalui jejaring sosial Facebook (FB) kawan dan tetangganya.

“Kalau ada yang pesan, lewat akun saya aja,” tawarnya, sambil membaca email FB nya, [email protected].

Pemasaran lewat jejaring sosial, membuat penghasilan dan langganannya bertambah. Ada beberapa pesanan dari luar daerah dan dari kota di Provinsi Aceh. Penghasilannya perbulan rata-rata  Rp500ribu, kadang-kadang mencapai Rp1 juta. Tak tanggung-tanggung, souvenir buatan tangannya laku sampai ke Riau dan Pekan Baru.

“Mereka pesannya pakek FB juga, uangnya ditransfer lewat rekening saya. Bahan baku juga dipesannya lewat FB, barang diantar langsung kerumah, uangnya dikirim lewat rekening,” terangnya, bersahaja namun ada kebanggaan yang terpancar dari binar matanya.

Rina tinggal di Neusu Aceh, Banda Aceh bersama suami dan anaknya. Mulanya, Ia belajar membuat sauvenir itu dari salah satu kerabatnya di Ladong, Aceh besar. Risma nama wanita yang mengajarinya itu. Kini, anak didik Risma tersebut telah berhasil meraup laba dan menambah pemasukan keluarga. Rina, wanita tangguh meski sepanjang hari di lewati bersama kursi roda.[Saiful Amri]