Meri Yulanda alias Wati, 14 tahun, bocah yang hilang saat tsunami tujuh tahun silam kini kembali ke keluarganya di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. Ia kembali dalam kondisi pinggang terkilir dan rambut gundul.
Ibrahim Nur, 60 tahun, kakek Meri, menyatakan cucunya mengalami penyiksaan dari seorang janda yang mengasuhnya di Kajhu, Aceh Besar selama bertahun-tahun. “Cucu saya dipaksa untuk mengemis sampai malam, kalau tidak mendapat uang dipukul,” jelas Ibrahim, Jum’at (23/12).
Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan aparat kepolisian setempat telah mendatangi rumah keluarga untuk mengumpulkan informasi tindak kekerasan tersebut. Namun belum diketahui tindak lanjutnya.
Saat tsunami terjadi, Meri masih berusia tujuh tahun. Ia bersama Yulisa, 13 tahun, kakaknya telah diselamatkan ayahnya dan ditempatkan di atas toko. Namun ayahnya, meninggalkan keduanya untuk menyelamatkan salah seorang tetangga yang hanyut dibawa gelombang. Naas saat sang ayah kembali dan berhasil selamatkan tetangga, Meri dan Yulisa telah hilang bersama gelombang susulan.
“Menurut Meri, ia bertemu janda yang mengasuhnya di terminal Meulaboh, dari situ ia dibawa ke Banda Aceh,” jelas Ibrahim.
Usaha pencarian Meri dan Yulisa dilakukan keluarga pada masa tanggap darurat, setelah itu Meri diyakini hilang. Sementara, Yulisa hingga kini masih hilang.
Kisah kembalinya Meri bermula dari kekerasan yang dilakukan ibu asuhnya beberapa waktu. Ia tidak membawa uang hasil mengemis.
“Kalau begini terus kamu mau makan apa? Sebaiknya, kamu pulang saja ke orang tua kamu di Meulaboh,” kata ibu asuh Meri yang sampai sekarang misterius itu.
Sebelum keterminal Banda Aceh, Meri diberitahukan nama kedua orang tuanya; Tarmiyus dan Yusnidar serta kampung asalnya. Sesampai di terminal Meulaboh, ia berjalan kaki tak tahu tujuan. Di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat, seorang tukang becak menanyai tujuannya, Rabu (21/12).
“Meri diantar ke rumah kepala desa, setelah memberitahukan identitas orang tua, saya dipangil untuk menjemputnya,” jelas Ibrahim.
Yusnidar yakin Meri anaknya. Keyakinannya berdasarkan tanda hitam sejak lahir dipinggul, leher serta tahi lalat di pelipis kanan.
“Yusnidar kan ibunya, punya pandangan beda. Kalau saya masih perlu mencari tahu lagi,” kata Ibrahim.
Memperingati kembalinya Meri dan tujuh tahun tsunami, pihak keluarga akan mengelar syukuran dua hari berturut-turut sejak Minggu (25/12). Pihak keluarga akan berdoa semoga Yulisa turut kembali. []