Seks dan Internet

Harlan

Mariska Lubis
Mariska Lubis

Oleh Mariska Lubis

Dua hal yang saling berkaitan dan menjadi sebuah lingkaran yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Sudah bukan berita baru ataupun hal yang aneh dan patut disembunyikan, bukan?! Seks dan internet memang sudah terlalu sering dianggap “wajar” bila terjadi dan dilakukan.

Bila mau mengakui dengan jujur dan terang-terangan, berapa banyak pengguna internet yang memang senang dan bahkan sudah kecanduan untuk melakukan seks secara on line di internet. Baik hanya berupa chat saja atau lanjut menggunakan handy cam dan juga telpon serta sarana chat lainnya. Saling bertukar cerita dan foto yang menggairahkan untuk sama-sama memuaskan kebutuhan hasrat seksual.

Tidak sedikit juga yang memang mencari jodoh atau sekedar “bersenang-senang” memuaskan nafsu semata. Tidak pandang bulu, tua muda, kaya miskin, jelek cantik atau ganteng, “relijius” atheis, “terbuka” dan tertutup, sama saja. Semua sama-sama bisa melakukannya karena di dunia maya, siapa pun bisa menjadi siapa dan apa. Siapa yang tahu bahwa semua yang dikatakan dan ditampilkan adalah dusta dan topeng semata?! Apalagi jika memang tidak pernah berjumpa sebelumnya.

Tak perlu heran bila banyak perselingkuhan terjadi dan pada akhirnya banyak yang bermasalah. Ada yang merasa tertipu, ada yang merasa dipermainkan, dan banyak juga yang akhirnya saling menghujat dan memaki. Banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi, apalagi bila sudah menyangkut “rahasia pribadi” yang bisa saja diumbar oleh mereka yang berniat jahat. Siapa yang tahu?!

Barangkali bagi sebagian, hal ini dianggap sebagai hal yang wajar dan bahkan lumrah dilakukan. Dimaklumkan karena perkembangan teknologi yang tidak lagi bisa dibendung. Sehingga di sisi lain, tak sedikit juga yang menyalahkan internet dan teknologi yang menjadi penyebab perilaku seperti ini terjadi. Sementara bagi saya, terlalu mudah bila beranggapan dan mengambil kesimpulan demikian. Ada banyak faktor penyebab yang seharusnya dipahami dan dimengerti bersama.

Salah satu faktor yang sangat memungkinkan menjadi penyebab utamanya adalah karena rasa sepi dan kesepian. Tidak memiliki sarana dan wadah untuk melakukan berbagai kegiatan positif yang bisa mengalihkan konsentrasi dan menghilangkan rasa sepi dan kesepian tersebut. Sehingga pada akhirnya, internet pun dijadikan sarana untuk bisa mendapatkan dunia baru, yang bisa mengisi dan menjadi tempat untuk lebih memperluas dan memperbanyak teman.

Sungguh sangat disayangkan bila hal ini tidak diperhatikan. Apalagi jika mengingat bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan tentang seks yang sangat minim, sementara seks biar bagaimana pun juga adalah kebutuhan yang paling mendasar setiap manusia. Untuk bisa memuaskan rasa ingin tahu dan fantasi serta mimpi, tidaklah mudah untuk mendapatkannya. Oleh karena itulah, internet menjadi sarana yang paling mudah untuk bisa mendapatkan semua itu.

Faktor lainnya yang paling sering menjadi penyebab adalah kejenuhan, terutama rasa jenuh terhadap pasangan. Tidak mudah untuk mengakui semua ini, meski pada fakta dan kenyataannya, banyak sekali pasangan yang sebenarnya tidak lagi harmonis dan tidak lagi memiliki gairah. Apalagi jika perkawinan yang terjadi penuh dengan dusta dan kebohongan, di mana cinta itu sudah tidak ada lagi. Untuk bercerai dan berpisah pun tidak memiliki nyali dan memang memerlukan banyak sekali pertimbangan. Sehingga tidak bisa menentukan apa yang sebaiknya dilakukan karena tidak berani juga untuk berkomitmen secara pasti. Diteruskan dengan memperbaiki hubungan atau berpisah tetapi dengan baik-baik?!

Lebih kacau lagi kalau kemudian menemukan orang yang dirasa “pas” dan “cocok” karena dianggap bisa mengerti dan pengertian. Juga bila bertemu dengan “cinta lama” atau yang saya sebut dengan “cinta tertunda”. Wah, bisa menjadi pemicu yang secara tidak sadar merupakan bentuk dari pelarian semata. Ada banyak sekali pembenaran yang bisa diberikan untuk bisa membenarkan semua ini terjadi.

Sebenarnya, apa yang mau dilakukan adalah pilihan. Siapapun berhak melakukannya dan bebas-bebas saja, namun hendaknya paham dan mengerti bahwa dunia maya berbeda dengan dunia nyata. Namanya juga dunia maya, jadi harus bisa membedakannya. Harus juga paham dam mengerti segala resiko dan konsekuensinya. Mau juga bertanggungjawab dan tidak menyalahkan orang lain atau siapapun juga bila terjadi hal-hal buruk yang terjadi. Kenapa mau?! Itu saja pertanyaan yang harus dijawab. Toh, butuh paling tidak dua orang untuk sama-sama sukarela melakukannya. Apa ada yang bisa dipaksa melakukannya?! Kalau tidak mau, kan, bisa bilang tidak. Kenapa tidak bisa?! Tidak bisa atau tidak mau?!

Jangan juga terlena dengan semua kenikmatan semu yang ada di dunia maya. Lebih baik bertanyalah pada diri sendiri dan akui apa masalah yang sebenarnya terjadi. Apa yang menjadi tujuan di dalam berinternet dan melakukan seks di sana?! Kenapa sampai bisa terjadi?! Apakah tidak ada cara lain yang lebih sehat dan positif untuk dilakukan?!

Bilapun memang benar menemukan seseorang yang dianggap tepat, cobalah untuk bertemu dulu di dunia nyata. Pastikan bahwa semua yang dikatakan dan pada kenyataannya adalah memang benar adanya. Jangan juga berharap dan terlalu bermimpi, tetapi siaplah dengan fakta dan kenyataan yang ada. Bila benar cinta, tentunya akan berbeda. Seks itu bukanlah yang menjadi utama.

Rasa sepi dan kesepian itu pun sebenarnya ada dalam diri sendiri. Begitu juga perihal kejujuran dan keberanian untuk bersikap karena yang paling tahu adalah diri sendiri dan bukan yang lain. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Semua sangat tergantung pada diri sendiri. Tidak ada juga yang bisa mengubah orang lain selain diri sendiri. Cobalah untuk berpikir selangkah lebih maju ke depan sebelum bertindak dan melakukan sesuatu. Sanggupkah menghadapinya?!

Semoga bermanfaat!

 

 

 

Leave a Comment