Hai guys, salam sejahtera walaupun saya bukan orang Partai Keadilan Sejahtera. Saya penulis baru di Acehpungo.com karena situs wordpress saya sebelumnya sudah di suspended -karena tak punya uang untuk bayar-. Makanya saya memohon kepada bang Taufik, pemilik akun fenomenal ini supaya mengizinkan saya menulis di sini, sebagai khazanah baru pertulisan yang dimuatkan di situs ini. Saya mengenal bang Taufik Mubarak dari Maimun Azwar kawan seletingnya di SMP yang tetangga saya. Lalu saya membaca tulisannya di Harian Aceh dan melahap buku Aceh Pungo, bebepara tahun setelahnya.
Pertama kali bertemu dengan Bang Taufik di terminal Setui –sekarang sudah jadi Suzuya Mall. Malam itu ada acara seni. Kemudian tak bertemu karena kami beda mazhab, beliau mazhab tinggal di Banda Aceh, dan saya Mazhab tinggal di Sigli. Tapi semenjak Steemit ditemukan. Kami sudah sering bertemu lagi.
Saya Pria dengan nama Riazul Iqbal, beberapa panggilan akrab di kalangan steemian dan teman-teman Banda Aceh memanggil saya Rio, teman di Sigli memanggil Iqbal, di rumah dipanggil Ikebar, teman-teman SMU memanggil Don dan teman SMP memanggil Bobal. Tapi seberapa penting paragraf ini, padahal dua nama sudah cukup biar pembaca tak bingung.
Sebagai orang yang tinggal di Aceh sudah 30an tahun, saya tahu dan mengalami sedikit banyak tentang Aceh, jadi mungkin saya layak menulis postingan pertama di Aceh dengan judul ini. Walaupun ini jauh dari kesan ilmiah dan dikaji dari berbagai disiplin ilmu. Baik, dari pada bertele-tele mari kita sambut poin yang pertama.
- Aceh Menerapkan Syariat Islam Ketat Bagi Warganya
Dalam beberapa dekade Aceh berubah demikian cepat. Berbeda tempat berbeda pula perubahannya. Aceh punya beberapa kabupaten yang beda sekali penerapan syariatnya. Walaupun itu kewajiban bagi muslim tapi masih ada juga yang tak pakai jilbab di berbagai daerah Aceh, terutama laki-laki. Kalau kita memandang syariat Islam hanya jilbab, dengan adanya syariat Islam sebenarnya Aceh lebih aman, jadi kalau mau berdua-duaan sama pacar di kafe, ada yang kita takutkan, takut di tangkap polisi Syariah –di sini disebut WH (wilayatul Hisbah). Padahal yang wajib kita takuti adalah Allah.
Pemerintah juga mengatur waktu Azan jangan berjualan, tapi ke masjid untuk salat jamaah. Walaupun ada yang tutup tokonya saja tapi ke masjid tak pergi, itu bukan salah lagi pemerintah, pemerintah sudah taking his part.
Baru-baru ini juga ada peraturan yang viral sampai ke luar negeri, cewek-cowok bukan mahram dilarang duduk berduaan. Ini sebenarnya juga peraturan yang baik bagi cowok, jadi dia bisa menghemat anggaran belanjanya untuk bekal nikah -sebagaimana kita tahu mahar anak Aceh mahal- daripada harus dihabiskan di kafe bersama pasangan yang belum halal. Peraturan ini hanya himbauan.
Sejak pertama bergabung dengan Indonesia, Aceh meminta dikhususkan untuk bisa melaksanakan syariat Islam. Makanya dulu Aceh diberi nama daerah Istimewa Aceh, kemudian Naggroe Aceh Darussalam. Jadi kami boleh membuat sedikit perbedaan dengan adanya Qanun, misalnya nanti kalau jadi, pertama di Indonesia kalau korupsi dipotong tangannya! Bukannkah itu lebih baik, kalau ditiru daerah lain, kan lebih mantap lagi.
- Aceh Ladang Ganja Terbesar Indonesia
Ya, bisa jadi ini benar. Rata-rata yang ditemukan dalam jumlah besar, selalu disebutkan dari Aceh. Kalau tuan-tuan mau membuka google maps, boleh bapak temukan banyak ladang ganja di pegunungan Aceh. Tapi polisi tak sanggup memberantas karena jarak yang jauh dan mungkin saja ya kurang mau diberantas. Tapi perlu digarisbawahi bukan semua orang Aceh pengedar ganja. Hanya segelintir saja yang melakukan ini. Dan ganja tidak mudah didapatkan di Aceh seperti mencari es dawet di jalan-jalan protokol.
Baiklah, dua dulu untuk hari ini, tiga lagi saya lanjutkan besok kalau masih diberi umur.
Dari Uteun Bui, Pidie Jaya, Riazul Iqbal Melaporkan!