SETAHUN yang lalu, namanya hampir tidak dikenal di Aceh. Dia bukan politisi yang wajahnya saban hari muncul di media. Ketika namanya masuk dalam daftar calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tak ada yang menganggapnya serius. Bahkan, pengurus Dewan Pimpinan Pusat (PKB) di Jakarta, memandang keikutsertaannya dalam kontestasi lima tahun sekali ini cuma sebagai lelucon semata.
“Kalian jangan main-main,” kata sejumlah pengurus partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar saat nama Khairullah disodorkan sebagai salah seorang caleg DPR RI. Kata-kata itu disampaikan pengurus teras PKB kepada Yusri Kasem, Sekretaris DPC PKB Pidie, yang ikut mengusulkan nama Khairullah.
“Kita tidak main-main, pak. Malah, kita serius menyodorkan nama Bang Khairullah demi mengamankan kursi PKB di Aceh,” jawab Yusri penuh percaya diri. Meski sudah dijelaskan begitu, orang-orang di Jakarta tetap tidak percaya. Soalnya, dalam berkas yang dilampirkan ke DPP, profil Khairullah sama sekali tidak meyakinkan.
“Biodata bang Khairul hanya satu halaman. Daftar pengalamannya hanya sedikit, sangat jauh berbeda dengan caleg lain yang bisa berlembar-lembar,” ujar Yusri yang juga seorang caleg PKB untuk kursi DPRK Pidie.
Dalam suatu pertemuan, orang-orang PKB di Jakarta dibuat sesak nafas. Saat itu Khairullah dan timnya menjamin mampu mengamankan 40 ribu suara dari daerah pemilihan (dapil) Aceh 1. Padahal, saat itu, para caleg yang berstatus incumbent saja tak ada yang berani menjanjikan bakal meraup jumlah suara sebanyak itu. Para pengurus PKB yang kaget minta agar tim Khairullah tidak main-main.
“Pengurus DPP lagi-lagi minta kita tidak main-main. Soalnya, caleg yang sedang menjabat bahkan tidak berani menjamin bisa mengumpulkan 30 ribu suara,” kata Yusri. Orang-orang di PKB, ujar dia, jelas kaget dan tidak percaya. Bagaimana mungkin caleg yang tampak biasa-biasa ini berani pasang target tinggi. “Itu yang membuat mereka tidak habis pikir.”
Fakta itu jelas membuat para pengurus DPP kian meragukan sosok Khairullah. Apalagi, pengusaha properti dan pertambangan kelahiran Tangse, Pidie itu sama sekali tidak dikenal sebagai politisi. Bahkan, dunia yang digeluti Khairul sangat jauh dari politik. “Selama ini, Bang Khairullah hanya dikenal sebagai pengusaha Aceh yang sukses di Jakarta,” jelas Yusri, politisi yang berlatar-belakang santri dari sebuah dayah di Aceh ini.
Meski tidak diperhitungkan sebagai caleg yang akan melenggang ke Senayan termasuk oleh pengurus DPP, Khairullah sama sekali tidak ambil pusing. Dia memilih fokus membentuk tim dan membangun struktur kerja hingga ke kampung-kampung. Dalam waktu singkat, jaringan kerjanya sudah terbentuk di setiap kampung yang ada di Pidie dan Pidie Jaya. Semua itu dilakukan melalui gerakan senyap dan tanpa publikasi besar-besaran.
Hanya dalam tiga bulan, sosok yang awalnya tidak diperhitungkan, itu mulai jadi bahan pembicaraan banyak orang. Apalagi, alat peraga kampanye Khairullah terus bermunculan, bertebaran di mana-mana. Gerakan senyap yang langsung menyasar pemilih di kampung-kampung membuat gentar caleg partai lain. Bahkan para pengurus partai-partai besar di Banda Aceh mulai menyelidiki sosok yang dekat dengan ulama ini. Namanya mulai dibicarakan dan disebut-sebut bakal melenggang dengan mulus ke Senayan.
Meningkatnya dukungan untuk Khairullah mengusik tidur para petinggi PKB di Jakarta. Mereka yang awalnya menganggap remeh alumni Universitas Pasundan, Bandung itu mulai mencari tahu sosoknya. Mereka menerima banyak laporan mengenai kerja-kerja Khairullah hingga menjadi salah satu caleg yang diperhitungkan.
“Siapa Khairullah sebenarnya?” begitu tanya mereka. Yusri hanya menjawab singkat, bahwa Khairullah cuma orang biasa. Namun, ketika melakukan sesuatu ia selalu yakin seratus persen. “Misalnya, saat beliau mendukung Roni Ahmad (Abusyik) dan Fadhlullah TM Daud sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pidie. Beliau bantu secara penuh hingga Abusyik dan Fadhlullah terpilih menjadi Bupati/Wakil Bupati.” Lagi-lagi pengurus PKB di Jakarta tercekat nafas, saking kagetnya. [bagian pertama]
Baca juga:
1. Pengusaha Sukses dari Tangse
2. Saya Tidak Berpolitik Tulak Moto Brok