ADA cukup banyak partai politik. Tapi, Khairullah memilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Keputusannya memilih PKB, sudah menunjukkan kalau Khairullah cukup paham politik elektoral. Pria kelahiran Tangse itu tahu mana partai yang bisa dijadikannya kendaraan politik, dan mana yang sekadar meramaikan kontestasi lima tahunan saja. Khairullah merasa dirinya sudah terlalu tua kalau hanya dipasang sebagai caleg untuk tulak moto brok.
Politik memang bukan dunia yang digelutinya. Namun, kecerdasannya memilih kendaraan politik sudah menunjukkan bahwa bacaan politiknya jauh di atas rata-rata. Kalau mau, Khairullah bisa saja memilih Partai Nasdem, Partai PPP atau Partai Hanura, bahkan PSI yang berkampanye jor-joran, menjadi kendaraan politiknya untuk melenggang ke Senayan. Tidak, Khairullah tidak mau asal pilih kendaraan. Sebagai orang yang serius terjun ke dunia politik, dia butuh kepastian. Soal ini jarang menjadi perhatian para caleg. Bahkan ada politisi yang kuliah di jurusan politik dan sudah duduk di kursi dewan pun, sering salah ketika mengambil keputusan politik.
Setahun yang lalu, Khairullah dianggap sebagai pendatang baru dalam politik. Kemunculannya sama sekali tidak diperhitungkan oleh para caleg dari partai lain. Tapi, beberapa bulan belakangan, mereka sudah melihat cara Khairullah memunculkan diri ke panggung politik. Itu sudah mampu membalikkan anggapan orang dan tidak lagi melihat dirinya awam dalam dunia politik.
Baca juga: Khairullah, Caleg DPR RI yang Bikin Kaget Jakarta
Bahwa ‘hijau dalam politik’ tak selalu identik buta dengan dunia politik. Khairullah tahu peta politik sebaik orang politik itu sendiri. Inilah yang membuatnya menjatuhkan pilihan memilih PKB sebagai kendaraan. Pun pada awalnya, orang-orang PKB di Jakarta tidak memperhitungkannya. Namun, keberaniannya memilih PKB sebagai kendaraan politik membuat mereka terkesan.
Siapa pun tahu, sejak pemilu 1999 PKB tak pernah absen dari parlemen. Partai yang dimotori para ulama NU itu selalu mendapatkan kursi di DPR RI. Kini, dengan angka ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4%, posisi PKB masih aman sebagai partai menengah, dan tetap berada di parlemen pada Pemilu 2019 ini. Sebagai orang yang paham politik, soal begini jelas masuk dalam perhitungan Khairullah. Ia sama sekali tidak mau berpolitik kalau cuma mencari mainan tiap lima tahun saja. Ia tentu tak mau waktu dan tenaganya terbuang percuma karena memilih partai yang salah. Pengurus TIM Klender itu sadar, bahwa begitu terjun ke dunia politik, berarti harus menceburkan diri lebih dalam.
Baca juga: Pengusaha Sukses dari Tangse
“Munyoe ka ta manoe, berarti harus manoe beu basah!” tegasnya, mantap. Baginya, terlalu berharga waktu untuk terbuang percuma jika sekadar menjadi caleg intat linto, apalagi untuk mencukupi kuota 100 persen caleg. “Makanya, saya maju melalui PKB, partai yang selalu memiliki kursi di parlemen DPR RI,” pungkasnya. [bagian ketiga/terakhir]