PSAP kedatangan tamu istimewa, Mitra Kukar, pada Kamis (8/12) ke Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya Banda Aceh. Mitra Kukar diperkuat delapan pemain dan eks pemain nasional dalam musim 2011/2012 Indonesia Super League. Bahkan, eks Niac Mitra Surabaya itu diasuh oleh mantan pelatih Timnas Filipina, Simon McMenemy.
Secara kasat mata, pertandingan sore nanti akan berat bagi PSAP. Materi kedua tim tak seimbang. Mitra Kukar unggul di berbagai lini. Pertarungan tak ubahnya David (Daud) lawan Goliat, manusia raksasa dari bangsa Filistin. PSAP adalah tim kecil yang mendadak dapat tawaran mentas di panggung besar. Sedangkan Mitra Kukar merupakan tim yang mendadak jadi raksasa, karena sokongan dana yang berlimpah.
Meski berstatus sebagai pendatang baru di ISL, Mitra Kukar paling jorjoran dalam belanja pemain. Tidak hanya berhasil mengumpulkan sejumlah pemain dan eks pemain nasional seperti Hendro Kartiko, Hamka Hamzah, Arif Suyono, Ahmad Bustomi, Dirga Lasut, Isnan Ali, Saktiawan Sinaga, maupun Jajang Mulyana. Tim dengan julukan ‘Naga Mekes’ ini juga berhasil mendapatkan tanda tangan Pierre Njanka yang pernah dikontrak Rp1 M lebih oleh tim LPI asal Aceh, Atjeh United. Masih ada lagi, eks Everton, Marcus Bent juga berkostum Mitra Kukar. Huff, mentereng abis.
Lalu, simaklah nama-nama di bawah panji PSAP musim ini. Fakhrurrazi, Fery Komul, Riza Fandi, Sayuti, Sukman Suib, M. Ali, Bustami, Abdul Faisal, Arifin Genuni, Hendra Saputra, dan lainnya plus Coach Arman, adalah nama-nama yang sama sekali tidak populer di belantika sepakbola nasional.
Underdog
Pantaslah, Mitra Kukar di atas kertas lebih diunggulkan daripada PSAP meskipun bertindak sebagai tuan rumah. Kondisi ini justru baik bagi anak asuhan Arman. Dengan status underdog, PSAP akan tampil nothing to lose sebagaimana ditunjukkan Riza Fandi dan kawan-kawan saat melawan tim bertabur bintang lainnya, Persisam Samarinda di stadion yang sama (4/12), khususnya di babak pertama.
Tugas Coach Arman, menyiapkan pemain yang sanggup memutuskan aliran bola dari lapangan tengah ke striker Mitra Kukar, yang dikoordinir oleh Ahmad Bustomi dan Dirga Lasut. Dua pemain ini siap memanjakan duet maut Sakti-Jajang di jantung pertahanan PSAP dengan crossing (umpan silang) maupun through pass (terobosan) terukur.
Saya berharap barisan pertahanan PSAP konsentrasi pada permainan dan hati-hati dengan perangkap offside yang dibuat sendiri. Tidak perlu berharap pada keberpihakan hakim garis maupun wasit. Gol kedua El Loco pada pertandingan sebelumnya lahir gara-gara sektor ini konsentrasi pada hakim garis. M. Ali tidak bergerak mengamankan bola dari kaki Gonzales karena dia merasa pemain kelahiran Uruguay itu dalam posisi offside, dan ternyata hakim garis tidak mengangkat bendera. Gonzales dengan mudah mencocor bola di antara dua kaki Fakhrurrazi. Seharusnya pemain mengamankan bola dulu, baru perhatikan hakim garis.
Semoga laga ini benar-benar seperti tarung David lawan Goliat. Sebab, bocah David yang cuma bersenjatakan bandil (umban) memenangi pertarungan dengan Goliat yang bersenjatakan tombak dan perisai. Kita tunggu saja. Ayo PSAP, ci hambo sigo!