Rio Pauleta

Bagaimana Cara Memajukan Pidie

 

Saya semalam duduk dengan Khalid Blangong Tanoh dan Amarullah maka saya supaya tidak lupa menulis sedikit tentang apa yang semalam kami dudukkan.

Khalid mengapresiasi acara Peusaboh Nanggroe Festival yang tanggal 1-2 Desember kemarin di Alun-alun kota Sigli. Khalid bilang seharusnya acara ini dibuat oleh pemerintah semiggu sekali dan disediakan listrik saja untuk masyarakat menampilkan karya seninya di panggung yang ada di alun-alun kota. Jadi setiap minggu ada penampilan seni da kreatifitas warga yang bisa dilihat di kota Sigli setiap minggunya (contoh paragraph dengan kata minggu berulang).

Di taman Putroe Phang sudah dilakukan yang demikian, malah yang mau tampil diberikan uang transport, jadi ada tempat bagi para seniman dan anak muda untuk menampilkan kreasinya di kota Pidie.

(source)

Lalu kami berbicara masalah pengembangan wisata di Pidie. Kami mulai dari Mila. Mila merupakan kecamatan yang banyak agro wisatanya, misalnya dari dulu ada semangka, rambutan dan durian. Sekarang Mila sedang musim rambutan dan durian tapi tidak musim kurang kasih sayang.

Kami berharap di Mila juga tak hanya menyediakan buah segar di jalan, juga ada buah yang diolah sudah menjadi Jus, dan durian sudah ada juga menu-menu baru yang kekinian seperti durian pancake, durian plus leumang dan durian dengan bulukat, pokoknya macam-macam olahan durian dan rambutan tersedia saat musimnya, sehingga menambah daya tarik pengunjung yang datang berargo wisata ke Mila selawet ini.

(source)

Selanjutnya kami pergi ke Tangse, padahal semalam kami hanya duduk di Bang Tami Kopi. Tangse sudah mulai berbenah sejak diberdayakan lagi kopi Liberika. Dan banyak sekali potensi wisata di sana yang semoga digalakkan. Misalnya untuk air terjun di sepanjang jalan Keumala- Geumpang itu ada 7 spot, tapi kekurangan inframerah dan infrastruktur menuju ke lokasi air terjun.

Juga Tangse punya pemandian air panas yang alami tapi tak ada kolam yang bagus, masih kolam alami yang kalau di mandi anak-anak, air panasnya laju kotor. Kalau seadainya umpama bilamana ada kepedulian untuk membuat kolam permanen yang dijaga kebersihannya, maka mandi di pinggir sungai sambil memandang sawah dan gunung akan lebih nyaman. Juga di Tangse sudah ada waterpark yang lumanyan untuk mandi air sungai sambil menikmati pemandangan.

Eh, padahal tadi saya mau bilang soal kopi. Jadi kopi Liberika di Tangse juga kami berharap dibuatkan seperti Seladang, jadi ada warkop ditengah kebun. Saat panen tiba para pengunjung bisa menikmati kopi dan juga proses pemetikan, penjemuran dan roastingnya. Maka akan sensasi tersediri yang membekas pada wisatawan yang nanti ke Tangse. Gampong Blang Dhod yang sudah kelihatan memiliki arah ke sana, melalui Sekdesnya yang luar biasa, mereka mulai membranding ulang Kopi Liberika dan potensi wisata lain di daerah pergununang di Pidie ini.

Selain itu apa yang kami bicarakan semalam saya sudah lupa. Mungkin nanti Amarullah dan Blangong Tanoh akan menulis tambahannya.

Dari Blang Bungong, Riazul Iqbal melaporkan


Leave a Comment