Ho Chi Minh City

Taufik Al Mubarak

Benda yang Perlu Dibawa ketika Traveling

Saya pikir semua penulis perjalanan senang melakukan hal ini: menceritakan ulang kisah pertualangannya di negeri orang. Saya memang bukan penulis perjalanan, tapi saya selalu senang menuliskan cerita perjalanan. Saya bahkan punya cita-cita, suatu hari ketika memperkenalkan diri ingin menyebut sebagai penulis perjalanan (travel writer) atau blogger travel, sebuah profesi yang zaman now banget!

Saya jadi ingat pada teman saya, seorang pengelola blog wisata. Ia selalu menulis satu kalimat tiap kali ia mengakhiri sebuah tulisan: “Berjalanlah…dan ceritakan perjalananmu!” Dan, inilah yang sekarang sedang saya lakukan. Perjalanan saya ke Kamboja dan Vietnam sudah hampir dua tahun berlalu, tapi selalu saja ada sisi menarik untuk kembali diceritakan.

Seperti sering saya tulis di blog ini, awal tahun 2018 lalu, saya dan dua orang teman melakukan perjalanan panjang ke Siem Reap dan Phnom Penh di Kamboja serta Ho Chi Minh di Vietnam. Ada banyak sekali kejadian menarik yang saya lihat dan alami. Namun, kali ini saya akan menceritakan sebuah kejadian unik yang menunjukkan bahwa baterai Hp itu sangat penting.

Saya pernah tersesat di Ho Chi Minh City. Ceritanya, seusai salat Ashar di Masjid Ar-Rahim, sebuah masjid yang dibangun atas donasi dari Malaysia dan Indonesia, teman-temanku memilih beristirahat di masjid ini seusai berkeliling seharian di kota yang dulu bernama Sai Gon ini. Ketika hendak pulang, kami memilih salat Ashar di masjid itu. Sialnya, seusai salat mereka mencoba rebahan, dan akhirnya tertidur. Saya sendiri tidak bisa tidur. Saya pamit sama mereka, karena ingin beristirahat di hostel saja, sekalian ingin mandi dan mengisi daya Hp.

Sebelum balik ke hostel saya mengunduh peta Google Maps offline biar tak tersesat di jalan. Sialnya baterai Hp hanya tersisa kurang dari 10 persen dan daya pada powerbank sudah habis, dan hal ini membuat saya cemas. Dengan langkah santai, seolah-olah sudah hafal semua jalan di Ho Chi Minh City, saya pulang ke hostel. Berdasarkan petunjuk di peta, untuk sampai ke hostel hanya butuh waktu 15 menit jalan kaki. Setelah berjalan lama, saya merasa makin jauh dengan hostel, dan kembali ke tempat semula. Di sepanjang jalan, saya beberapa kali bertanya pada orang-orang dan semua mereka menunjuk jalan mana yang harus saya ampil. Sialnya, saya semakin tersesat.

Saya ingat pernah bertanya pada seorang petugas Satpam sembari menunjukkan alamat yang hendak saya tuju di Google Maps, dan dia menuntun jalan mana yang perlu saya lewati berdasarkan peta offline ini. Meskipun begitu, saya belum juga tiba di tempat tujuan. Hingga, saya bertanya pada seorang pria yang saya taksir berumur 45 tahun. Dia bersama seorang anak kecil dan sedang bersiap-siap menghidupkan sepeda motornya. Saya bilang padanya baterai Hp saya mau drop, dan saya kesulitan mengakses lokasi hostel. Dia mencari alamat yang ingin saya tuju melalui handphone miliknya, dan segera memberitahu saya jalan mana yang perlu saya ambil.

Saya mengikuti petunjuk darinya bahwa alamat yang hendak saya tuju tidak jauh lagi. Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun berjalan menyusuri blok demi blok. Dan, hostel yang saya tuju tidak ketemu juga. Saya kembali seperti berputar-putar di sekitar lokasi itu saja.

Rupanya, sesaat setelah saya pergi, si orang Vietnam itu memperhatikan. Dia mengikuti dari belakang. Lalu, dia menawarkan diri untuk mengantar saya ke hostel tempat di mana saya menginap. Ketika itu saya sempat was-was juga, bagaimana kalau sekiranya saya diculik. Atas dasar apa? Uang yang saya bawa tidak banyak dan saya sama sekali tidak terlihat sebagai pelancong kaya.

Rupanya dia benar-benar membantu. Saya senang juga karena tidak perlu lagi was-was baterai Hp tidak cukup. Si kawan itu mencari alamat hostel saya menginap menggunakan Hp miliknya. Entah salah ketika mengetik nama hostel di pencarian Google Maps, sehingga kami salah jalan, dan masuk ke sebuah komplek yang sama sekali tidak mirip lokasi hostel tempat saya menginap berada. Saya katakan padanya nama hostelnya, dan sekali lagi dia mencarinya. “Your hostel is here,” katanya menunjuk pada papan nama hostel. Saya tidak sempat mengajaknya untuk selfie karena baterai Hp saya sedang drop.

Pengalaman itu mengajarkan kepada saya beberapa benda dan barang yang perlu disiapkan saat melakukan traveling.

1. Powerbank adalah kunci
Powerbank adalah benda yang harus ada dalam daftar barang yang akan kamu bawa ketika traveling. Kamu akan mati gaya ketika baterai handphone drop sementara banyak objek penting yang perlu kamu rekam. Belum lagi ketika kamu tersasar di tengah jalan, dan saat ingin mencari lokasi di Google Maps rupanya baterai Hp sedang kritis seperti yang saya alami.

2. Kartu internet
Hal pertama yang perlu kamu lakukan begitu tiba di negara tujuan adalah membeli kartu internet. Jangan anggap enteng soal ini sekali pun di hotel tempat kamu menginap menyediakan koneksi internet gratis. Kamu perlu koneksi internet untuk tetap terhubung dengan orang lain atau ketika mencari suatu lokasi di Google Maps.

3. Charger Hp
Selain powerbank, charger atau pengisi daya adalah benda yang tidak boleh lupa kamu bawa. Selama traveling, kita membutuhkan daya handphone yang selalu terisi penuh. Charger Hp membuat kita mudah mengisi daya di mana pun, seperti ketika berada di hotel, di bandara atau di food court. Aktivitas merekam objek selama traveling menguras banyak sekali daya, karenanya kamu perlu selalu mengisi daya Hp kapan pun selama membawa charger Hp.

4. Tas selempang kecil
Ada beberapa benda dan barang yang harus selalu dibawa ketika sedang jalan-jalan, terutama di luar negeri. Benda dan barang tersebut lebih mudah dicari jika ditaruh di lokasi yang tepat. Karenanya, kamu butuh tas selempang kecil untuk menaruh benda dan barang penting seperti paspor, powerbank dan charger hp.

Itulah beberapa benda yang perlu disiapkan agar “#SIAPDIJALAN Supaya Tetap Santuy”.


Leave a Comment