Qaid Arkana

Dendang Rampoe Indonesia untuk China

Jufrizal

Nanchang – Udara Nanchang berhembus dingin saat itu. Gendang menggelegar di atas panggung. Lampu penerang menyorot muka kami. Lagu tari saman baru saja dimulai. Serentak kami menggerakkan tangan. Ke lima dewan juri itu saling bertatapan.  Lagu dan tari saman belum pernah mereka dengar dan lihat sebelumnya. Rasa penasaran terpahat dari raut wajah mereka.

Sore itu, 21 Desember 2011, tim kami “Rampoe Indonesia” terpilih mewakili mahasiswa Internasional untuk memeriahkan acara party of news year 2012 di Nanchang University. Acara ini juga dikenal dengan malam budaya akhir tahun.

Setiap tahunnya Universitas ini menyelenggarakan malam budaya akhir tahun. Dari semua universitas yang ada di propinsi Jiangxi. Pesta terakbar penghujung tahun berpusat di Nanchang University.

Tim Rampoe Indonesia terdiri atas delapan belas orang. Hanya empat orang berasal dari Aceh. Boihaki teman saya kebetulan pernah aktif di sanggar tari saat di Aceh. Dia jadi pelatih di tim ini. Tak mudah tuk lolos seleksi meriahkan acara termegah ini. Tim kami harus bersaing dengan tim-tim lainnya. Ada ratusan tim mengikuti audisi malam budaya akhir tahun ini.

Tiba-tiba panitia seleksi mempersilahkan kami menampilkan tari saman di atas panggung. Ada ratusan peserta audisi melempar pandang ke arah kami. Meskipun gundah karena pertama kalinya menarikan tari saman. Kami berusaha tampil maksimal. Bayangkan, latihan kami tak sampai satu bulan.

Beda dengan tim lainnya, mereka lengkap dengan seragam dan atribut masing-masing. Tapi kami hanya mengenakan baju seadanya. Selembar kain slayer diikatkan di kepala menjadi andalan atribut kami di petang itu.

Hentakan pertama langsung mengundang tepuk tangan. Suara gemuruh takjub melihat gerakan tari samanpun memukul keheningan. Kilatan kamerapun menyambar muka kami, dan sebahagian merekam atraksi tari Saman. Seorang teman sempat melirik ke arah dewan juri, mereka ikut menghentakan badan mengikuti irama saman yang digendangkan Boihaki.

Lewat sedikit 12 menit menyejukkan mata dewan juri,kamipun bergerak ringan meninggalkan panggung. Walaupun serba kekurangan dengan antribut pakaian tari saman, kobaran semangat mengharumkan nama Indonesia dan mempromosikan tari saman di China menjadi niat kami bersama. Moga saja pemerintah memberikan perhatian tuk teman-teman mahasiswa di luar negeri tuk menduniakan tari saman yang sudah menjadi warisan dunia ini.[] Jufrizal adalah mahasiswa Aceh di Nanchang University-China