Qaid Arkana

Garam Bireuen Menuju Industri

Bireuen – Garam yang selama ini dikelola secara tradisional di Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, segera menuju industrialisasi seiring dimulainya pembangunan pabrik garam beryodium senilai Rp.561 juta lebih.

Pembangunan pabrik yang mampu memproduksi tiga ton garam beryodium dalam sehari ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Bireuen, Nurdin Abdul Rahman, Sabtu (21/1).

Pabrik garam itu dibangun Aceh Development Fund (ADF) dan tiga mitranya, Fakultas Teknik Unsyiah, An-Nisaa’ Centre, dan Perkumpulan BIMA melalui Program Teknologi Ramah Lingkungan untuk Industri Proses Perikanan (Terapan). Program berbasis masyarakat itu dibiayai dari hibah Multi Donor Fund (MDF) melalui proyek Fasilitas Pembiayaan Pembangunan Ekonomi (EDFF) Aceh.

Program Manager Terapan, Faisal Hadi mengatakan, peletakan batu pertama itu adalah sesuatu yang sangat progresif, karena garam Bireuen yang selama ini diproduksi secara tradisional akan segera menuju industri dengan proses pengolahan peralatan mesin.

“Garam yang dihasilkan secara tradisional bakal ditampung oleh pabrik untuk selanjutnya diolah, sehingga menghasilkan 30 ton garam beryodium perhari. Dengan begitu petani garam tradisional tidak mengalami kesulitan lagi dalam memasarkan hasil garam mereka seperti yang selama ini terjadi,” katanya.

Faisal menyebutkan bahwa pihaknya juga akan memberikan berbagai macam pelatihan kepada para pengurus koperasi perempuan yang telah dibentuk dan masyarakat penerima manfaat program Terapan secara berbarengan dengan pembangunan fisik pabrik.

“Dengan demikian, industri iodisasi garam di Kecamatan Jangka ini akan bisa terus berkembang dan berkelanjutan meskipun program Terapan nanti telah berakhir pada Agustus mendatang,” katanya seraya berharap perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Bireuen untuk terus mendampingi masyarakat.

Prof Yusny Sabi, Ketua Dewan Pembina ADF, dalam sambutannya berharap kepada Pemerintah Kabupaten Bireuen terus membina koperasi perempuan yang telah dibentuk melalui program Terapan sehingga perekonomian warga masyarakat pesisir meningkat.

“Kita masuk ke sini, karena diterima dan tidak diperas ketika pembangunan. Saya yakin masyarakat telah berpikir jauh ke depan karena dengan berdirinya pabrik garam beryodium ini akan memberikan manfaat yang besar bagi warga Jangka dan masyarakat Bireuen,” tutur mantan Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh itu.

Yusny mengingatkan semua pihak yang terlihat dalam pembangunan industri iodisasi garam itu untuk serius mengelola pabrik yang dibangun. “Kita sadar bahwa program yang menjanjikan ini bisa saja macet kalau kita tidak serius mengelolanya,” katanya.

Dengan hadirnya industri garam beryodium itu, maka garam yang dihasilkan masyarakat Bireuen akan lebih berkualitas dengan standar nasional sehingga dapat menembus pasar modern. Apalagi nanti garam yang diproduksi pabrik tersebut dikemas dengan baik untuk dapat dipasarkan hingga keluar Aceh.

“Kami harap kepada Bupati Bireuen untuk memikirkan pemasaran garam ini sehingga pendapatan petani garam meningkat karena sudah bernilai ekonomi dan garam yang diproduksi lebih berkualitas,” katanya.

Fakriah, ketua koperasi perempuan “Rahmat Kamoe Meusira” yang menjadi penerima manfaat industri iodisasi garam menyatakan bahwa pihaknya ingin meningkatkan kesejahteraan petani dan pedagang garam di Bireuen. Jumlah anggota koperasi yang baru terbentuk pada 3 Oktober 2011 adalah 125 orang.

“Koperasi ini masih lemah di semau sisi baik manajemen maupun keuangan. Dengan ini kami menyatakan membuka diri kepada semua pihak untuk turut memberikan dukungan, bimbingan, binaan dan arahan sehingga fungsi dari koperasi perempuan dapat kami jalankan untuk mewujudkan kesejahteraan petani garam Bireuen,” katanya.

Sementara itu, Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman menyatakan pihaknya akan berusaha untuk terus meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir melakukan berbagai macam kegiatan pembangunan seperti program Terapan.

Dia juga memerintahkan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dan UKM agar terus memberikan pendampingan kepada koperasi perempuan itu serta memikirkan pemasaran sehingga garam yang diproduksi pabrik tersebut bisa menembus pasar modern.

“Saya sangat yakin industri garam yang kita bangun di Jangka ini akan terus berkembang sebab pabrik yang kita mulai bangun hari ini akan memproduksi garam berkualitas sesuai standar nasional. Dengan demikian, perlu dipikirkan pemasaran sehingga garam diproduksi dari pabrik ini dapat diterima pasar,” katanya.[]