Kita tentu pernah mengharapkan waktu itu bisa diulang. Seandainya aku lebih baik di waktu itu, seandainya aku tidak bersikap seperti itu dan seandainya waktu bisa berputar kembali, aku akan begini. Atau inginku kembali ke masa SMA-ku dulu, atau ingin kembali ke masa muda saat ingin memperbaiki karena masa muda mungkin bisa lebih baik lagi kalau kembali ke masa-masa itu.
Aku juga punya banyak sekali penyesalan, beberapa adalah pada wanita yang menyukaiku tapi dia sudah bahagia dengan pria lain. Wat de Duck! Saatku melihat wanita itu menggendong anaknya yang lucu, betapa aku ingin menjadi suaminya. Saat dia masih seperti dulu, aku ingin menemaninya seperti dulu saat dia masih bersamaku.
Melihat keluarga kecil, ibu satu anak bersama suaminya, malam minggu berdua, anaknya ditinggal, berdua romantisan di jalan, di restoran, aku juga pingin, pingin makan di restoran, bukan ingin mama anak itu. Penyesalan selalu datang di akhir, karena yang datang di awal namaya pendaftaran. Aku menyesal dulu tak tahu kalau aku kuat, aku merasa lemah saat itu. Saat kau memilih dia dan aku menyesal tak menguatkanmu untuk memilih aku. Dan sekarang kau berbahaya dengannya. Sedangkan aku berbahaya sendiri.
Melihat fotomu menikah itu hatiku hancur menjadi partikel-partikel, yang hanya bisa disatukan kembali oleh teknologi nano, untung saja teknologi itu sudah ditemukan, dan walaupun dihancurkan beribu kali, hati tetap bisa utuh kata Paolo Coelho. Beberapa hari kehancuran disebabkan oleh kita sendiri. Kita tidak yakin, kita tak percaya, kita tidak berani melangkah, kita dipenuhi banyak sekali ketakutan yang belum terjadi.
Lalu kamu memoto bayimu, entah berapa foto lagi harus kulihat. Dan salah satu cara adalah ku hapus kontakmu, dan aku tak melihat apa-apa lagi. Selain kenangan ketika ku teringat tentangmu, aku menangis saat melintasi tempat-tempat yang pernah kita lalui, menangis dalam hati ketika melihat ada yang memesan dan menyebutkan judul makanan favoritmu. Setiap ku melihat cewek berjilbab, aku teringat kamu. Bayangkan betapa tersiksanya aku. Setiap yang pesan teh hangat, aku teringat kamu, bayangkan, kamu sangat kampungan masak minuman favoritmu the hangat!
Saat kau sudah tak secantik dulu, anakmu bertambah banyak dan kamu kelihatan gelisah. Aku senang. Aku bahagia sudah taka da harapan lagi aku untuk mencintaimu dan aku sudah bisa move on. Aku sudah membiarkan kau dengan suamimu, entah siapa itu dan entah siapa yang sudah berani melamarmu dulu itu.
Aku juga menyesal tidak ikut beberapa kegiatan karena aku cepat putus asa. Ada beasiswa yang hanya aku tinggal mengatakan iya saja, tapi aku yang berpikiran sempit ini, tak mau. Agei apam! Dan ada satu lagi yang juga tak ikut tahapan tahun depannya, tapi aku tak tahu itu dan tak ikut lagi. Padahal kalau ikut kemungkinan terburuknya adalah lulus.
Tapi kamu percaya tak sama jalan untukmu sudah ditentukan, mungkin kalau aku jadi dengan dia, maka akan terjadi hal yang buruk. Atau memang jodohku bukan dia, ada yang lebih baik di tahun berikutnya untuk aku bersama. Beasiswa mungkin tak cocok untukku, beanikah mungkin lebih cocok. Semua sudah ada jalannya, dan belum tentu yang kita anggap baik bagi kita, merupakan yang terbaik. Tetap hidup dan berarti, jangan sakit hati, hati baik disakiti perasaan maupun terluka beneran, tertusuk apa gitu, hati adalah organ di badan kita yang bisa tumbuh kembali.